Hari Jumat kemarin saya meninggalkan kota Surabaya dengan kereta api Argo Anggrek yang berangkat pukul delapan pagi. Saya duduk di gerbong keempat di kursi yang memang sengaja milih sebelah jendela. I just love to see the view, meskipun ya, beberapa jam setelahnya saya sudah ngiler nggak karuan di atas kursi saking nafsunya saya tidur *orang yang duduk sebelah saya itu benar-benar nikmat banget deh tidurnya, saya kan iri juga jadinya.. hehe*
Sebuah telepon di pagi hari membuat air mata saya turun dan memancing kenangan-kenangan saya dengan orang jelek itu. Ya. Telepon dari Pacar, orang yang sekarang sedang meragukan rasa cinta saya buat dia dengan kalimat yang sungguh bisa membuat air mata saya turun deras.
Kalimat ini: “Bahkan dengan bayangannya aja aku kalah, La?”
…bayangan…
…Oh how I wish that it could be that simple… it’s not about love… it’s more about hatred. Kebencian saya terhadap seseorang di masa lalu yang membuat saya nggak bisa memaafkan dia. I’m not asking him back… Rasa cinta saya sudah nggak ada… I just need a perfect closure, not a goodbye note that he gave me through his family! Geez!
Pacar seolah nggak mau mengerti. He wanted to just leave me… and would come back after I finished all my stories with the Ex.
…dan saya lebih memilih untuk bermain-main dengan masa lalu sementara seseorang seperti Pacar ada di dalam pelukan saya dan berjanji untuk selalu sayang sama saya? Lala, bodohnya kamu!
Setelah menangis… Setelah mengucapkan kata-kata nggak penting yang untungnya bisa diralat kembali karena kebaikan hati Pacar tercinta, akhirnya saya meninggalkan Surabaya dengan tenang…
…sungguh, La? Dengan tenang?
…
…
…tidak.
Ternyata tidak.
Kebencian saya terhadap orang jelek itu semakin menjadi-jadi dan memunculkan imaji sosoknya di kepala saya. Ow, C’mon Lala… Jujur saja, sepanjang perjalanan saya menuju Jakarta, saat melihat hamparan sawah yang membentang.. saat melihat langit yang menaungi kereta saya itu tampak biru cerah… saat melihat manusia-manusia yang entah sedang memikirkan apa… Saya… melihat… orang jelek itu.
Dengan teganya dia mengacaukan pikiran saya.
Dengan teganya dia menghancurkan kekuatan saya.
Dengan teganya dia meremukkan perasaan saya.
I hate you… Damn I hate you!
Dan ketika kereta yang saya tumpangi itu berhenti di kota Semarang untuk menurunkan dan menaikkan penumpang…. I couldn’t help it to cry…
It’s his hometown…
It could be the place I’d stay for the rest of my life…
with him.
…
It was a 10 minutes worthless crying. And I couldn’t manage my self to stop doing it.
Kereta akhirnya berangkat lagi. Meninggalkan kota Semarang dan menjauhkan saya dari kenangan-kenangan yang terbentuk di sana.. dari segala mimpi yang pernah ada dan melambungkan saya…
Hm.
Sudah Lala.
It’s time to face the reality that it’s so damn over and the hatred that you have in your heart is useless, it just ruins your heart… and makes your Sweetheart jealous and mad.
Lalu kereta itu pun terus melaju meninggalkan kota itu.
Seperti hidup saya yang terus melaju, berlari meninggalkan kenangan-kenangan saya.
Saya musti memaafkan dia.
Saya musti merelakan kepingan hati yang remuk karenanya tanpa menuntut pertanggungjawabannya, tanpa menuntut apa alasannya melakukan semua itu.
It’s time to let go.
Saya musti melupakan segala kebencian yang menggerogoti akal sehat saya.
I have to do it. Really have to.
Karena saya…
dan dia…
adalah sejarah.
*inget itu Lala….*
hmm.. bener Mas. Semakin benci, semakin ga bisa berhenti mikirin…
Ya, saya mau nikmatin liburan ini aja…. I dont wanna ruin hari-hari indah di Jakarta ini…
Okay, Jakarta.. Now I’m ready to rock you.. *hehe, kata-katanya mirip artis luar negeri pas manggung di JHCC ajah..*
aaahhh… beneran?? kok samaan sih, EmiChan??? π
hey, utang cerita tuh.. besok jangan lupa cerita-cerita sambil nge-Starbucks ya… ^^
hartelijk bedank… totziens *hahaha… dasar temen sok tau nih.. π *
See ya tomorrow, Sistah!
Btw, si Mang Kumlod udah pulkam tuh…. ^^
Emang Om NH bisa gitu??? Mau doong Om…. π
Om pasti bisa sampai ke sana… You’re great, Om! Pasti.. pasti.. someday.. someway.. somehow…. π
Ah, belakangan ini si Om maen setuju aja sama Mas Mahendra.. Nggak kreatip ah! ^^
Makasih Om… kita ketemu Jumat ya…
thanks ya Ret.. that really means a lot! Kamu emang ga sok tua, kok.. kan aku yang jauh lebih tua… *udah gitu kamu pake acara nikah duluan lagee… hahaha…. meradang nih aku… π *
oh really? mungkin karena emang sebenarnya masalah begini ini klasik… kejadian di mana-mana… jadi kita ga perlu merasa sedih because we are never alone… π
hey, saya juga pernah benci Jogja… tapi sekarang udah nggak lagi. Jogja itu the nearest place to escape, jadi nggak usah pake acara benci segala deh, daripada nyiksa…….
Yap. Jangan biarkan mimpi buruk masa lalu merusak kita… NGGAK PENTING BANGET, GITUUUHHHH… ^^
Salam kenal Stey! *eh, bukannya saya udah kenal kamu ya? hehe*
hah? dia? menyesal???? Mimpi itu, Dy…
Secara dua hari yang lalu saya berusaha hubungin dia tapi teteup dia ga mau angkat teleponnya…. I just want to have my closure tapi dianya seperti ilang ketelan bumi. Geez…..
kata orang sih batas antara cinta dan benci itu tipis π
oh gitu ya la….
mungkin dia hanya ingin melupakannya kali..
ikhlasin aja gmn la? even with terrible closure, not a perfect or good closure?
i know its not that simple in fact,,, but why just don’t try it? my be Lord has a surprise for you hhe.. π
Hai, kamu yang lagi sedih…
Saya nggak tahu mau ngomong apa lagi; kecuali satu hal: kalau saya bisa berhasil melewati ini, siapapun pasti juga akan bisa…..
Yuk, chin up.
Jangan nunduk terus… and stay happy…. you’re gonna make it even your worst thunder