you're reading...
daily's blings, Thoughts to Share

It Isn’t Everything…

Uang, uang, uang!Lelaki itu adalah seorang Boss besar. Perusahaannya berjumlah lebih dari jumlah jemari tangannya dan mengalirkan uang yang tak pernah berhenti mengisi pundi-pundinya. Hidupnya bergelimangan uang. Rumahnya mewah. Mobilnya berganti-ganti seperti mengganti celana dalam saja. Kalkulator mungkin menyerah saat menghitung bunga bank untuk depositonya. Dia adalah lelaki yang sangat kaya. Bahkan sebuah gunung pun dibelinya karena ia ingin mengeksploitasi hasil bumi yang terkandung di dalamnya!

Ayah tiga anak itu memang sangat kaya. Dan yang menyempurnakan kehidupannya tentu saja dia memiliki keluarga yang mendukungnya. Istri yang mengabdi, anak-anak yang menyayanginya. Kurang apa lagi?

Uang tak pernah habis, keluarga pun utuh. Betapa senangnya menjadi lelaki seperti dia, kan? Pasti hidupnya bahagia sekali, kan?

Bayangkan saja.

Ketika kamu ingin mengendarai sebuah mobil, kamu malah bisa dengan senang hati me-match-kan warna mobil dengan warna bajumu. Ketika pakai baju pink, kamu bisa memilih Honda Jazz warna pink. Kalau sedang memakai baju biru, kamu bisa memilih BMW warna biru. Bukan sarung ponsel, tas atau sepatu saja yang matching, tapi mobil-pun juga bisa!

Atau ketika kamu suntuk dengan pekerjaan, kamu bisa memanggil helikopter untuk mendarat di helipad di atas gedung bertingkatmu yang akan membawamu sight seeing saat senja, ketika kerlap kerlip lampu mulai menyala di bawah sana.

Dan makanan sekelas hotel yang super lezat pun bisa hadir dalam satu jentikan jemari. Seorang koki hotel bintang lima kau tugasi untuk mengurus dapurmu yang besar dengan perlengkapan mewah. Ingin makanan apapun, bisa dibuatnya. Mulai dari sayur jengkol sampai makanan Perancis yang ribet, dia bisa.

Keren?

Ya. KEREN.

Tapi apakah bahagia?

Apakah dengan memiliki semua itu maka otomatis seseorang akan bahagia? Uang memang bisa mempermudah untuk urusan beli-membeli. Harga diri-pun kadang bisa dibeli dengan jumlah uang yang sesuai. Uang memang bisa membeli mobil, rumah, baju-baju keren, sepatu Manolo Blahnik, tas Dior, parfum mahal, tiket menonton konser sekaligus akses untuk sampai ke backstage… Ya. Uang memang mempermudah untuk urusan yang satu itu, tapi uang bukanlah segalanya.

Lelaki itu, Boss besar itu, mengakui bahwa uang memang bukanlah segalanya ketika sepuluh hari yang lalu, puteri kesayangannya meninggal dunia karena kecelakaan.

Puteri kesayangannya, the apple of his eyes, anak yang ditunggu dengan sabar sampai sepuluh tahun lamanya, yang selalu diantar-jemput ke sekolah, yang diberikan pendidikan layak sampai ke negeri empat musim, yang disayanginya dengan sepenuh hati, telah berpulang karena sebuah kecelakaan saat menumpang mobil CRV.

Kecelakaan itu tidak hanya merenggut nyawa puterinya, tapi juga merenggut kebahagiaannya, pelita hatinya, semangat hidupnya…

Dia lemas, lesu.

Hidupnya seolah berhenti berputar. Hatinya terasa hampa, kosong. Jantungnya seolah malas berdenyut.

Saat itulah, dia menyadari, bahwa apa lah artinya memiliki sebuah gunung tinggi yang mampu mengalirkan uang untuk mengisi pundi-pundinya, kalau dia tak lagi bisa menyentuh puterinya? Mencium kening puterinya? Membelai lembut anak-anak rambutnya? Melihat senyum dan mendengar suara tertawanya? Memeluk puteri kesayangannya dengan sayang dan erat?

Apalah artinya semua harta yang dia miliki kalau dia tak lagi bisa memandang kedua biji mata puteri tercintanya yang bercahaya saat bercerita?

Tidak.

Semua kekayaan yang memberikan privilege untuk hidupnya selama ini tidak lagi berarti sejak dia kehilangan puteri semata wayangnya itu…

**

Cerita tentang lelaki kaya itu kudengar saat makan siang dengan seorang Boss sebuah perusahaan forwarding, beberapa saat yang lalu. Aku tertegun mendengarnya, mencoba untuk mengunyah setiap kalimatnya dengan baik. Uang memang bisa membeli barang-barang yang kita inginkan, tapi bisakah dia membeli kebahagiaan yang kita rasakan saat memandang anak kita yang merajuk manja? Saat merasakan sentuhan pasangan di tangan kita? Saat duduk bersama-sama, bercengkerama bersama keluarga di teras di hari yang hujan sambil mengunyah pisang goreng dan menyesap teh manis hangat?

Seringkali manusia mendewakan uang.

Kekayaan.

Posisi dan jabatan.

Tapi seringkali pula manusia melupakan jawaban dari sebuah pertanyaan yang sederhana ini, “Apa yang sungguh-sungguh membuatmu bahagia?”

Kalau aku, sedang berkelana mencari jawabannya.

Sedangkan lelaki itu, seperti yang diceritakan oleh Boss yang tadi mengajakku makan siang, telah menemukan jawabannya.

Ya.

Kebahagiaan adalah ketika ia bisa menemukan cara untuk bisa memeluk putri kesayangannya lagi…

Bukan segunung berisi penuh hasil bumi.

Bukan perusahaan yang jumlahnya tak bisa terhitung dengan tangannya.

Bukan mobil yang memenuhi setiap pojok garasi rumahnya yang luas.

Bukan uang melimpah di banyak rekening Bank.

Semua itu tak lagi berarti, saat ia tahu, kalau setiap kedip mata puteri kesayangannya adalah segalanya…

***

Kantor, Rabu, 17 Februari 2010, 3.13 Sore

Gambar diunduh dari sini

About Lala Purwono

Published writer (or used to be, darn!). A wife. A mom. A friend that you can always count on.

Discussion

32 thoughts on “It Isn’t Everything…

  1. Iya mbak terkadang kita tdk merasa memiliki sampai itu hilang.
    turut berduka cita, semoga arwahnya bersemayam di surga.

    jadi kangen anakku, cepet pulang aahhhh….

    Posted by hamidah | February 17, 2010, 4:12 pm
  2. aq tertegun membacanya…
    uang memang bukan segala2nya, tapi segala2nya itu perlu uang 😀

    Posted by idana | February 17, 2010, 4:15 pm
  3. yap..bener uang bukanlah segalanya…
    Keep share

    Posted by JhezeR | February 17, 2010, 4:22 pm
  4. Kalo ga salah, kejadian itu di daerah Citraland, Surabaya beberapa hari lalu ya? Tapi yg itu ceritanya umur 18 thn. Manis banget anaknya, putri org kaya juga, dan kecelakaannya waktu naik CRV pula. Satu hal yg mengingatkan kita tuk pasang seatbelt meksi duduk di bangku belakang. Coz yg sering malah yg disitu justru yg fatal kalo terjadi tabrakan…

    Posted by Fanda | February 17, 2010, 4:35 pm
    • Iya…
      Puterinya kan bakal disekolahin ke Swiss, tapi sudah meninggal saat duduk di dalam CRV.. Padahal katanya, si Ayah sudah melarang anaknya untuk pergi kemana-mana, tapi anaknya nggak nurut…

      Duduk dimanapun, depan belakang, musti pake seatbelt. Berjaga2 saja.. 🙂

      Posted by jeunglala | February 17, 2010, 10:55 pm
  5. Uang adalah alat ,alat tukar waktu kita agar bisa punya waktu lebih dengan orang yg kita cintai,membelikan mereka sesuatu.
    Segala gerak manusia hakekatnya adalah mencari kebahagiaan.
    harta dan dunia adalah untuk dijejak di kaki kita,bukan disanjung di kepala,apalagi di hati.
    sejak kapan uang menjadi tujuan?
    “the love for money is the source of all evil”
    ingat ada kata “the love for” ,jadi bukan uang sumber kejahatan,tapi kecintaan kepada uang yg membuatnya demikian.

    Bahagia gak butuh uang,bahagia adalah sebuah kondisi tanpa syarat,saat ini disini. hanya dengan hidup saja seharusnya kita sudah bahagia, kalo belum? berarti tinggal tambah satu lagi racikannya yaitu : SYUKUR

    ya BAHAGIA adalah SYUKUR ,keduanya sangat tak terpisahkan la

    cheers:)

    Posted by didot | February 17, 2010, 4:38 pm
    • Baru kali ini aku memaknai bener kalimatnya, Dot. THE LOVE FOR… ya, kecintaan pada uang yang berbahaya, bukan uangnya…

      Aku setuju kalau bahagia dan syukur adalah satu paket komplit, Dot. Ketika berhasil bersyukur, maka saat itu juga kita merasakan bahagia…:)

      Posted by jeunglala | February 17, 2010, 10:56 pm
  6. Wahh…Kereeen banget nih Story nya, Meman Terkadang mata hati manusia mudah dilupakan Oleh tiga hal, Harta, Tahta dan Wanita. Kebahagiaan itu adanya hanya diHati, bukan dari brp banyak uang yang dimiliki…

    Posted by Rafi | February 17, 2010, 5:44 pm
  7. Aku selalu berpegang pada keyakinan bahwa kebahagiaan ada pada hati yg bersyukur. Ya. Bukan bahagia yg membuat bersyukur, tp bersyukur yg membuat bahagia.

    Buat bapak boss yg kehilangan putrinya, smg bpk ikhlas akan kepergiaannya. Ananda akan lbh bahagia brsama Pemiliknya. Amin.

    Posted by yustha tt | February 17, 2010, 6:00 pm
  8. kekayaan, tahta, anak semua titipan amanah dari Allah, dan semua kelak akan dipertanggungjawabkan….maka apapun posisi kita, berapapun harta kita, seperti apapun peran kita tidaklah harus membuat kita saling iri dan dengki….maka jika kaya bersyukurlah dan jika miskin bersabarlah, karena keduanya sama-sama ujian…

    Semoga mbak lala, saya dan kawan-kawan blogger yang lain bisa mengemban amanah sebaik-baiknya…amiiin

    Posted by Oyen | February 17, 2010, 7:15 pm
  9. sangat kerasa sekali begitu anak kita sakit, anak kita sedih, anak kita senang, karena sebenarnya situasi itu mewakili situasi orang tuanya.

    Posted by antokoe | February 17, 2010, 7:47 pm
  10. “A house is made of walls and beams; a home is built with love and dreams.” (
    😀

    Posted by rioseto | February 17, 2010, 9:42 pm
  11. Hmm.. kehilangan orang yang kita sayangi ngga akan pernah mudah..

    Kalau aku, sedang berkelana mencari jawabannya.

    Eehh.. sama, Laa, hihihi 😀

    Posted by Indah | February 17, 2010, 10:28 pm
  12. Menghela nafas panjang…
    katanya, Orang Miskin dan Orang Kaya Itu sama2 dapet “Susah” dan bahagia Juga, dimata Tuhan Sama, hanya kapasitasnya yang berbeda…
    Cerita diatas adalah Contohnya, KEkayaan takkan mampu menghilangkan atau mencegah takdir…
    Nice Posting La…

    Posted by atmakusumah | February 17, 2010, 10:45 pm
  13. makanya cita2 gua bukan cuma kaya doang, tapi kaya, sehat, dan bahagia! huahahaha… 😀

    Posted by arman | February 18, 2010, 12:06 am
  14. Uang, Kekayaan malah sering kali jauh dari kebahagiaan La. Kebahagiaan cenderung lebih dekat pada kesederhanaan, apa adanya.. 🙂

    Posted by Nug | February 19, 2010, 10:00 am
  15. makanya kalo kaya..make sure punya aanak banyak…heee..itu salah satu cita2 ku lho…

    Posted by boyin | February 19, 2010, 10:21 am
  16. sedihnya…

    aku jadi keinget, ada temenku cewek yang hobi banget traveling. gak sekadar traveling yg biasa2.. tapi tergolong ekstrem. tapi setelah punya anak dia brenti.. kirain karena repot ngurus anak, tapi ternyata setiap kali dia mau nyobain traveling yg ekstrem, dia langsung keinget anaknya.. kalo ada apa2 siapa yang ngurus anaknya…

    membuktikan , betapa kesenangan pribadi (harta, kepuasan dll) ternyata nggak seberapanya terhadap kebahagian memliki buah hati…

    Posted by anna | February 19, 2010, 2:21 pm
  17. duh, dengan baca tulisan Jeung Lala, bunda bisa dpt pelajaran lagi, betapa kebahagiaan hanya ada dalam rasa syukur dan sabar, Masyallah.
    terima kasih krn telah sharing cerita ini Jeung.
    salam.

    Posted by bundadontworry | February 19, 2010, 8:22 pm

Leave a reply to yustha tt Cancel reply

Catatan Harian

February 2010
M T W T F S S
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728