archives

gun

This tag is associated with 1 post

a pointed gun in the forehead (Jakarta’s Stories 5)

Hey, Human…

Don’t you ever think that you were created for free. And don’t you ever think that the next time you sleep at night, you’ll always wake up the next day and do your old routines. Because what? You really don’t have any clues what is going to be happened next… Will your days be just the same… or maybe this… a guy, points his gun in your forehead and makes you shiver…

Mungkin kalau Pak Satpam yang bekerja di kompleks perumahan Mbak Neph bisa ngomong dalam bahasa Inggris sekalian ngeblog, dia akan bilang begitu. Dia akan dengan gemetarnya mengetik posting tentang kejadian yang dia alami siang hari tadi, dengan hati yang masih deg-degan, lutut seperti lemas, dan kenangan-kenangan bersama istri dan dua anaknya muncul silih berganti di dalam isi kepalanya.

Tapi ya..

Karena Pak Satpam tadi lebih sibuk menelepon keluarganya, gemetaran menjelaskan rekonstruksi kejadian yang sangat cepat itu, dan minum air putih banyak-banyak, biarkan saya yang bercerita tentang peristiwa siang tadi. Sebuah perampokan yang gagal, persis dua rumah di depan rumah Mbak Neph.

It was just an ordinary holiday. Saya nonton TV di kamar, Mbak Ika sibuk menyiapkan barang-barang yang musti dibawa karena sebentar lagi kami akan pergi beramai-ramai ke rumahnya yang masih dalam proses pembangunan, di daerah Depok sana. Si Mbak Neph lagi ngobrol dengan Mamah dan Eyang Cantik-nya Mas Acha. Pokoknya, it was just that ordinary…

Sampai saat saya nyadar.. ini orang-orang pada kemana semua yaaa…. Kok saya ditinggalin gitu aja di kamar.. Apa udah berangkat??? Nekat amat saya ditinggal…. πŸ™‚

Keluarlah saya ke depan. Ternyata di depan pagar sudah ada Mbak Neph, Mamah, Eyang Cantik-nya Mas Acha, dan beberapa tetangga Mbak Neph yang sibuk ngoceh, which back then, I didn’t know what it was.

Lalu saya lihat si Pak Satpam itu.

Gila. Lututnya bergetar… Benar-benar yang bergetar. Kalau saya sering menggunakan kalimat ini di novel-novel saya, baru kali ini saya melihat secara langsung bagaimana hebohnya bila sepasang kaki itu bergetar hebat. Ah, what happened?

Dari mulut sahabat masa kecil saya mengalirlah sebuah cerita tentang apa yang menyebabkan lutut Pak Satpam bergetar itu…

Peristiwanya terjadi menjelang pukul dua belas siang. Yang punya rumah mengabari Satpam kalau hari ini dia nitip rumahnya. Minta tolong dijagain. Satpam di kompleks perumahan Mbak Neph memang dikenal cekatan dan kerja ‘beneran’, sehingga mereka berkali-kali ngider ke tiap gang untuk mengawasi perumahan yang menjadi tanggung jawab mereka itu.

Sampai di rumah yang dimaksud, Pak Satpam melihat sesuatu yang mencurigakan. Kenapa ada mobil Avanza di depan rumah yang kosong itu ya? Pak Satpam mengira, “Ah, paling juga tamu rumah depannya yang kebetulan parkir di sana…” Tapi setelah diamat-amati lagi, kenapa mencurigakan sekali?

Akhirnya Pak Satpam berusaha mendekati mobil Avanza tersebut. Maksud hati, sih, ingin menanyakan apa keperluannya sekaligus bilang kalau yang punya rumah sedang tidak ada di tempat sehingga sebaiknya tidak menunggu.

Lalu jendela mobil itu terbuka. Bukan seperti yang dibayangkan oleh Pak Satpam bahwa orang tersebut akan berterimakasih, tapi yang muncul di depan matanya adalah pistol yang siap ditembakkan! Syukurlah refleks Pak Satpam sangat bagus, sehingga dia langsung menunduk dan memacu motornya cepat-cepat menuju posko; mencari bantuan.

Karena dia berteriak “Rampok… Rampok…” sepanjang jalan, akhirnya si gerombolan perampok di dalam mobil itu angkat kaki dari rumah sebelum berhasil mengambil apapun dari dalam rumah, meskipun dua dari lima orang gerombolan perampok itu sudah masuk ke dalam pagar (setelah mencongkel gembok) dan bersiap-siap merusak pintu ruang tamu…. 😦

Saat saya konfirmasi ulang ke Pak Satpam, kaki-kakinya masih bergetar. Bicaranya masih terbata-bata. Keringatnya, sumpah, banjir banget. Saya merasa aroma ketakutan masih tercium saat itu. Dia sangat ketakutan. Dan dia sangat wajar merasa ketakutan.

Can’t you imagine this picture: yourself, with a pointed gun in your forehead? Mimpi apa lu semalem??? Gila.. Ini benar-benar sinting… Saya nggak berani membayangkan bagaimana saya menghadapi hari-hari setelah peristiwa itu. It must be like hell…. just by remembering every single seconds of that moment… Saya bisa gila, mungkin. Saya bisa histeris, mungkin. Dan pastinya, saya bisa saja ketakutan untuk keluar dari rumah….

I have no clue how is he now. Apa dia masih ketakutan? Apa dia sudah bisa tidur? Bagaimana tidurnya, nyenyak kah? Dan bagaimana dengan imannya; apa sholatnya makin khusuk sejak peristiwa ini? Hell… saya nggak tahu sama sekali.

But I got this thinking.

Makin menyadari bahwa kita memang nggak pernah tahu kejadian apa yang menimpa kita, just a few seconds afterwards. Are we going to trip and fall? Apakah oksigen yang sedang kita hisap sekarang ini akan terhisap sempurna setelah detik ini berlalu? How about our hearts; is it going to stop beating?

So Human… Yes you, human.

Don’t be too proud of yourself. Don’t too proud about all of your belongings… Because it’s just a matter of time, that somehow, someway, someday, you’re going to lose everything you have… just in a click of destiny.

*And you, the bad guys outthere… are you outta your mind??? Are you thinking with the gifted brains that God has sent you? Or you are not human… Or I’m talking to animals here??? DAMMIT!*

Catatan Harian

March 2023
M T W T F S S
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  

Celotehan Lala Purwono