Cinta memang hadir tanpa alarm. Tanpa peringatan. Tanpa suara terompet yang terdengar begitu kencang dan membangunkanmu dari tidur panjangmu, membuatmu tergopoh-gopoh untuk segera menengok siapa yang akan datang ke dalam hatimu.
Tidak.
Cinta hadir tanpa disertai gemerincing lonceng kecil yang berbunyi di setiap langkah, membuat tersadar dan bersiap menyambutnya. Cinta tidak pula hadir dengan pesan di langit, apalagi di handphone, hanya sekadar bilang bahwa dia akan datang. Siap-siaplah.
Tidak.
Cinta hadir tiba-tiba. Tak perlu menunggu siap tidaknya kamu. Tak perlu menunggu, mau tidaknya kamu menerimanya bertamu. Cinta datang tanpa perlu persetujuanmu. Mau tak mau, kamu harus mau.
Karena cinta, meski datang seolah tanpa diminta, tapi sejatinya ia datang karena hatimu yang subur untuk tempat tumbuhnya. Seperti magnet yang mencari pasangannya, cinta akan bergerak segera mencari kutubnya. Ingin berlekatan. Ingin berdekatan.
Jadi cinta yang hadir tiba-tiba itu, sejatinya adalah soal waktu.
Ketika rasa kagum berubah kecanduan, bersiap-siaplah cinta datang mengetuk pintu hatimu sewaktu-waktu.
Buka saja pintu hatimu.
Persilahkan masuk, suguhi teh manis hangat dan pisang goreng panasmu.
Jika cinta itu mengetuk tepat di sebuah hati yang menunggu, bilang padanya, untuk tetap singgah dulu, sampai waktu yang belum tentu.
Dan jika cinta itu tak baik buatmu, bilang padanya, ada hati perempuan lain yang lebih pantas dia singgahi, dan bukan hatimu.
Tapi, selalu titipkan pesan padanya, untuk datang kembali lain waktu.
Siapa tahu.
Di saat itu,
tak ada lagi,
perempuan yang lain-lain itu.
Karena lelaki yang sedang kamu cintai setengah mati itu, hanya milikmu. Satu.
**
Saat pertama aku mengenalnya, aku pikir …. oh she is not my type. Apalagi dia berbintang “Aquarius”… aku kurang cocok dengan orang Aquarius jadi aku pikir tidak akan bisa bersahabat dengannya. Juga begitu membaca tulisannya… aduh kok ceritanya tentang cinta dan patah hati terus… Aku pikir, kenapa sih hidup itu hanya berkisar di pencarian pasangan hidup melulu? Dia sudah sangat berkualitas bahkan tanpa siapa-siapa…
Tapi dari tulisannya yang sekian banyak itu dia memancarkan energi yang tidak habis. Yang tersirat dari tulisan mengenai kehidupan seorang gadis yang berusaha untuk membaca hidup itu sendiri, dengan gayanya yang ceria. Meskipun kadang di balik keceriaannya itu tersimpan gulana yang menggunung. Tapi dia tidak pernah putus asa. Dan itu memberikan sentilan padaku untuk memandang hidup dengan lebih ringan, lebih ceria dan tak putus asa.
Aku dan dia memang dua pribadi yang sangat berlainan. Dia banyak menulis tentang aku yang memuji-muji dan iri tentang aku. Tapi dia tidak tahu bahwa aku juga iri dengan kehidupannya, dengan sifatnya, seorang gadis single, yang berdikari, yang punya cita-cita yang konkrit dan sebagian sudah dicapainya. Dia punya banyak teman yang mendukungnya dan disukai orang-orang. Aku iri akan ketenaran dia, atas hasil yang dia capai. So, aku pun bisa iri padamu, apalagi orang lain dik?
Jangan gelisah soal pasangan hidup ya dik… Dia akan datang pada waktunya. Kalaupun dia tidak datang, kamu sebagai suatu pribadi yang ulet, sanggup mengalahkan dunia kok. Aku yakin itu. Dan aku akan berada di belakang kamu terus seandainya kamu butuh aku. Kalau butuh banyolan yang bisa mengurangi gelisahmu, aku selalu ada untuk kamu.Jangan ragu dalam melangkah (meskipun aku tahu kamu tidak ragu, but sometimes you lost that courage). Enjoy your life, every single second of your life.
Tuhan berkati dan lindungi dia dalam setiap langkah yang dia tempuh. Ringankan semua gelisah dna ketakutannya. Bantu dia dalam kesendiriannya. Limpahi dia dengan kasih sayang tak berujung.
MWAH!
Soal kado itu, don’t bother to give me anything. You’ve given me alot! 🙂 Love you, love you, love you!
Tiba-tiba saya merasa sangat tolol.
Merasa sangat bodoh, goblog, dan segala jenis sifat yang sederajat.
Detik ini juga, saya pingin semuanya selesai saja.
Semua rasa yang dulu pernah bermain-main di dalam hati saya.
Sudah.
Cukup.
Selesai.
This game…
is finally over.
But I’m a creep, I’m a weirdo.
What the hell am I doing here?
I don’t belong here.
I don’t care if it hurts
I want to have control
I want a perfect body
I want a perfect soul
I want you to notice
When I’m not around
You’re so fuckin’ special
I wish I was special
But I’m a creep, I’m a weirdo.
What the hell am I doing here?
I don’t belong here.
She’s running out again,
She’s running out
She’s run run run running out…
Whatever makes you happy
Whatever you want
You’re so fuckin’ special
I wish I was special…
But I’m a creep, I’m a weirdo,
What the hell am I doing here?
I don’t belong here.
I don’t belong here.
(Creep — Radiohead)
Ingat, kan?
Yang pasti, saya ingat sekali kalau Mami selalu menyuruh saya untuk tidak tertawa terlalu hiperbolis supaya nanti malamnya saya tidak rewel, nangis, dan gelisah nggak bisa tidur.
Saya belum pernah membuktikannya; apa coba korelasi antara laughing out loud in the day and crying so hard in the night? Selain keduanya adalah dua hal yang sama sekali lain, bertentangan, dan tidak punya teori bahwa energi yang berlebihan akan kemudian diolah menjadi air mata (seperti teori karbohidrat dan lemak itu).
Sampai akhirnya, semalam tadi, saya mengalami sendiri apa yang diwanti-wanti oleh Mami saat itu.
Semalam, Meylinda, teman saya, mengajak saya dan beberapa rekan kantor untuk makan di Primarasa, sebagai tanda syukur atas bertambahnya umur Meylinda pada 1 Januari kemarin. Berhubung Meylinda sudah resigned sejak tahun 2007, tentu saja kami punya banyak modal untuk bercerita dan bercanda, yang pastinya dengan beberapa comedian regular: Yoenoes dan Lala 😀
Kami tertawa ngakak.
Becanda seolah seorang standing comedian.
Ngomong soal A, B, C sampai Z, dan seolah nggak pernah kehabisan bahan untuk tertawa lebar. Sungguh, malam tadi adalah tertawa paling lepas sepanjang 20 hari yang saya jalani sejak tahun 2009. Kami benar-benar tertawa dengan tingkah polah yang nggak karuan. Jangan bayangkan saya yang kalem, deh… Karena percayalah, saya ini akan kehilangan pesonanya *emang lu punya pesona, La? hehe* kalau sedang beralih peran menjadi badut Ancol 😀
Dan seperti yang dibilang Mami, dulu…
Kalau kebanyakan tertawa, pasti ujung-ujungnya sedih.
Karena memang benar.
Ketika sampai di rumah, saya menemukan rumah saya masih kosong, dengan ruangan yang masih gelap minus cahaya lampu. “Bro mana, ya? Masa belum pulang, sih?” Saya memutuskan untuk menelepon Bro, sementara Meylinda masih setia menemani saya dan mempersilahkan saya untuk tetap duduk di kursi Kijangnya.
Berkali-kali saya menelepon, tetap tidak ada jawaban. Bad signal, lah. Atau malah tidak diangkat sama sekali. Aduh, saya yang memang sudah berbakat parno ini semakin paranoid saja. Mulai membayangkan hal-hal yang tidak-tidak…
Lima menit kemudian, ponsel saya berdering. Dari Bro.
Percakapan sekilas saya dengan Kakak Tercinta saya itu membuat saya mengangguk mengerti kenapa rumah masih dalam kondisi kosong dan gelap.
Kamu tahu kenapa?
Soalnya sepulang kantor tadi, Bro membawa Mbak Ira ke rumah sakit untuk memeriksa kondisi tubuhnya yang drop, dan tidak disangka-sangka, Mbak Ira harus rawat inap malam itu juga karena penyakit Liver yang sudah agak gawat… 😦
Sungguh.
Saya benar-benar terhenyak di atas kursi dan nggak bisa berpikir apa-apa lagi selain berkata dalam hati, “Mami bener… kalau aku kebanyakan ketawa.. ternyata malemnya aku bakal sedih….”
Ah, Mbak Ira..
Cepat sembuh, ya?
Rumah nggak rame kalau nggak ada Mbak Ira…. 🙂
I’m suddenly empty.
Kosong saja.
Hampa saja.
Tidak terdengar apa-apa,
kecuali isak suara tangis saya sendiri…
Tried to write a letter
In ink
Its been getting better
I think
I got a piece of paper
But its empty
Its empty
Maybe we’re trying
Trying too hard
Maybe we’re torn apart
Maybe the timing
Is beating our hearts
We’re empty
And I’ve even wondered
If we
Should be getting under
These sheets
We could lie in this bed
But its empty
Its empty
Maybe we’re trying
Trying too hard
Maybe we’re torn apart
Maybe the timing
Is beating our hearts
We’re empty
Oh oh
Oh oh
Oooooh
Oh oh
Oh oh
Maybe we’re trying
Trying too hard
Maybe we’re torn apart
Maybe the timing
Is beating our hearts
We’re empty
We’re empty
We’re empty
Sungguh,
perjuangan banget untuk berani masuk ke dalam rumahnya. Takut pada kenyataan bahwa he’s okay, he’s with someone else, dan sudah nggak peduli sama saya (emang kapan dia pernah peduli, yah? hehe)
But, hey…
Entah kenapa tadi saya malah mikir, “It’s now or never. Mau sampai kapan lo lari, La? So what kalau dia baik-baik aja? So what kalau dia pacaran sana sini? So what kalau pacarnya jauh lebih cakep dari elo?”
…ketakutan itu harus dihadapi, otherwise, kamu akan merasa ketakutan terus sepanjang hidupmu…
Lime menit yang lalu, I faced my dead or alive situation! Haha… hiperbolis, ya? In fact, it was totally frightening at first. Bayangkan, in one click mouse away, akan terbangun jembatan antara saya sekarang… dan saya di masa lalu…
Should I even build the brigde to connect with my past?
Or should I just wait in the other but keep on asking the same question again and again.. keep having the same feeling again and again…?
Tidak bisa tidak.
Saya harus melakukannya.
I clicked my mouse. Slowly enough, seperti berusaha untuk tidak membangunkannya… 🙂
Menatap tenang sebuah layar yang memuat wajahnya…
Dan…
Ya. I saw the whole bunch of pictures… perempuan yang sama… dalam berbagai gaya… *I don’t know, is she a model or something, but she’s beautiful indeed*
Dan kamu tahu?
I WAS LAUGHING OUT LOUD!!!
Kenapa, La? Lo bilang ceweknya cakep… kok malah ketawa? Apa ternyata dia banci, gitu? 😀
Hihihi.. jahat euy… Saya tadi ketawa… karena saya menertawakan diri saya sendiri. Segalanya seolah berkelebat seperti slide yang tampil bergantian di layar projector. Tangisan saya… Pertengkaran saya dengan Pacar *okay, mantan* karena saya masih memikirkan dia… Atau tiba-tiba merasa kangen luar biasa sama seseorang yang sudah menyakiti saya… (sehingga saya menganggap diri saya pantas masuk MURI karena keanehan saya ini! Haha!)
Jadi ketakutan saya yang nggak penting itu cuman segini nih?
Kesedihan saya yang over dossage itu cuman segini nih?
Kenapa saya cuek aja melihat dia udah moved on? Kenapa rasa cemburu itu nggak ada sama sekali ya?
Gila, kan?
Seseorang yang saya pikir telah menginspirasi segala luka yang pernah ada dan masih membekas sampai sekarang, ternyata… GA SEGITUNYA KALEEE….
wakakaka…
*Sumpah, sampai sekarang saya masih mikir: what took me so long to get here? Saya kemana aja, sih? Kok butuh setahun buat tertawa seperti ini… But still, it felt nice to laugh at my own silly stupid mistakes… *
http://www.friendplay.com/ugc/audio/mp3player_1.swf?artist=Rihanna&title=Take%20A%20Bow%20versi%20Akustik&url=http://www.friendplay.com/ugc/audio/mp3/1/3925_15129409.mp3&song_info=21+played++0+comments++posted+5+day%28s%29+ago
http://widget.lyricsmode.com/i/scroll2.swf?lid=657676&speed=1
Lyrics | Rihanna lyrics – Take A Bow lyrics
waiting for someone’s calls… news… wondering whether he/she’s okay… so afraid that something might had happened…
but then that someone’s giving you the short notice,
and somehow, it doesn’t please you at all?
Pernah akhirnya merasa:
why do I even bother to worry? to think? to spend my time wondering around like crazy?
when at the same time, that someone just laughs at you and thinks that you are overreacted.
Sehingga membuat kamu merasa menyesal telah menunggu kabar darinya?
and wish that: ngapain sih ngabarin? ngapain sih nelepon? ngapain sih ngasih tau? Kalau akhirnya cuman bikin kesel…….
This is my lifetime insanity.
Dan saya belum tahu, rumah rehab mana yang bisa menyembuhkannya….