Suatu sore saya terlibat percakapan dengan seorang rekan kerja. Just call her Yuna.
“Mbak, mbak sudah hamil belum?” tanyanya.
Sore itu menjelang jam pulang kantor. Dengan energi yang sudah kesedot habis berganti dengan keinginan menggebu untuk pulang. Kalau bukan Yuna yang bertanya, mungkin saya bakal nyolot, marah, lalu bilang, “Belom. Ngapain lo nanya?” Tapi karena ini Yuna, yang nasibnya sama seperti saya — alias nikahnya udah lama, jauh lebih lama malah, dan belum hamil juga — saya dengan santainya menjawab, “Belum, Dek. Kenapa?”
Rupanya dia cuman mau cerita soal kunjungannya ke dokter kandungan, beberapa waktu yang lalu. Ke dokter yang terkenal punya semacam magic untuk menghamili — eh, sounds wrong, ya? — maksud saya, membuat perempuan yang susah punya anak jadi tokcer hamil kayak kelinci. Continue reading
When love is lost, it’s not the letting go of your loved one that will hurt the most.
It’s the holding on to them that will be killing you…
~ Unknown
“Billy pulang kampung, lho, Bel.”
“…”
“This time is for good.”
“…”
“Sejak ayahnya meninggal, dia tau, dia harus pulang. Ibunya sendirian di sini, dia kasian.”
“…”
“Aku dikasih tau sama Dicky tadi pagi pas aku nyiapin sarapan. Kaget dengernya. Billy yang nggak pernah pulang dan milih untuk kabur ke luar negeri itu akhirnya pulang. Surprise banget!”
“…”
“Dicky bilang, semalem mereka ketemuan sama beberapa temen yang lain. Ada Iwan, Januar, Ratih, Siska.. reuni kecil-kecilan gitu, deh, Bel. Sampe malem, kayaknya. Soalnya pas jam sepuluh gue pamit mau tidur duluan, Dicky bilang dia masih sama Billy.”
“…”
“Billy sekarang berubah banget, Bel. Lebih tenang. Nggak kayak dulu yang grusa grusu banget jadi orang. Gemukan, katanya. Tapi tetep kayak dulu. Masih kayak bule.”
“…”
“Dia udah pindah ke Surabaya sejak semingguan yang lalu, tapi baru kemarin ngumpul sama temen-temen. Katanya masih ngurus pindahan. Dia beli rumah di daerah Citraland sana. Ngajak ibunya tinggal bareng sama dia.”
“…”
“Dia masih belum nikah, lho, Bel. Can you believe that?”
“….”
“Dicky sama aku mikirnya bisa sama, lho, Bel. Kirain Billy bakal kawin sama cewek bule gitu gara-gara kelamaan di Aussie. Eh, taunya masih jomblo sampai hari ini. Tau deh, kenapa.”
“…”
“Pas Dicky nanya, Billy cuman ketawa aja. Dia nggak tertarik cewek bule. Dia sukanya cewek-cewek Asia gitu.. Kayak, um… kamu.”
“…”
“Kayaknya dia belum bisa ngelupain kamu, Bel. Dia nanya kabarmu ke Dicky. Nanya apa kamu udah nikah, kamu tinggal dimana, kerja dimana.”
“…”
“He’s longing to meet you again, katanya. Dan pisah dari kamu waktu itu adalah kesalahan yang paling dia sesali.”
“…”
“Dia nyesel karena udah bikin kamu marah. Dia nyesel karena maksa pergi. Dia nyesel karena nggak pulang untuk maksa kamu ikut. He’s living his regret, Bel. Dia masih cinta banget sama kamu…”
“…”
“Dicky sampai sedih dengernya. Dia nggak sampai hati untuk bilang sama Billy kalau kamu…”
“…that I’m getting married in two days?”
“…”
“Kalau dalam dua hari ke depan aku bakal jadi istri orang dan penyesalannya sudah nggak ada artinya lagi?”
“…”
“Kalau secinta apapun dia sama aku, nggak akan memberikan pengaruh apa-apa?”
“Bel… Dicky nggak bilang apa-apa. Dicky nggak sampai hati.”
“Well, bilang Dicky, dia nggak perlu bilang apa-apa…”
“…”
“Karena Billy sudah tau, sejak seminggu lalu.”
Saya ingat wajah Billy. Bercahaya, ketika bertemu dengan saya, seminggu yang lalu. Saya ingat kalimat-kalimat penuh cintanya di surat elektronik yang datang rutin sebulan belakangan ini. Di telinga saya masih mendengungkan rayuan penuh cinta, kerinduannya, rasa penyesalannya karena telah meninggalkan saya demi mimpi-mimpinya saat itu. Di dada saya, masih mendenyutkan kenangan-kenangan kami berdua selama bertahun-tahun pacaran yang tidak akan pernah terlupa sekalipun saya amnesia.
He was the love of my life. Perebut semua logika, pembunuh semua rasa, pemantik rasa sakit yang tak berkesudahan sampai akhirnya Radja, calon suami saya, merangkul saya dengan cinta yang tak pernah saya rasakan sebelumnya.
Yes, Billy was the love of my life.
But now, he’s just a blast from the past.
Just like the kisses we shared, a week ago…
Will stay in the past.
**
Surabaya, Mar 15, 2014