Ini adalah Senin kesejuta kalinya kamu datang dengan muka tak bersemangat, tanpa make up tipis yang biasanya selalu menambah ceria wajahmu, kacamata yang aku tahu persis untuk menutupi mata bengkakmu karena menangis semalaman, dan senyum tipis yang kamu paksakan.
Di setiap Senin seperti ini, aku tahu kamu akan datang dengan sweater abu-abu kesayanganmu, sweater paling nyaman yang membuatmu merasa seperti dalam pelukan. Kamu akan melewati mejaku tanpa sapaan selamat pagi seperti biasanya. Satchel bag merahmu digeletakkan begitu saja di atas mejamu, lalu tanpa semangat, kamu mulai menyalakan komputermu dan mengecek emailmu.
Tak sampai sepuluh menit kemudian, kamu akan merogoh tasmu, mengeluarkan ponselmu, dan mulai mengecek pesan yang masuk. Dengan gusar kamu melempar kembali ponselmu ke dalam tas, sebelum kemudian meraihnya kembali dan mulai mengetik sesuatu.
Senin seperti ini, aku memilih untuk melangkah ke pantry kantor, meraih sebuah cangkir merah besar, menuang satu kantong teh celup aroma melati , lalu menambahkan air panas. Aku menyendokkan satu sendok gula rendah kalori, lalu mengaduknya perlahan. Kucicipi sedikit. Pas.
Aku meletakkan cangkir berisi teh melati panas itu di samping frame foto di mejamu. Kamu masih sibuk mengecek ponselmu, men-dial sebuah nomor lalu sebelum tersambung, menekan tombol end. Aku tak berkata apa-apa, memilih berlalu dan kembali ke mejaku.
“Bim! Makasih tehnya,” sejurus senyum yang jauh lebih rileks muncul di depanku tak sampai sepuluh menit kemudian. “You always know how to make me feel good. Thanks.”
Aku membalas senyumnya. “Anytime, Sa.”
Kamu lalu kembali ke mejamu, bersenandung kecil sambil menghirup tehmu. Aku menatap punggungmu yang berjalan menjauh.
Dan perasaan itu kembali datang. Untukku dan juga untukmu. Aku, yang mengenalmu hampir sepuluh tahun, yang menyukaimu tanpa pernah kamu sadar, dan tak bisa berbuat apa-apa saat kamu justru mencintai lelaki yang tak akan pernah bisa bersamamu, yang hanya bisa menjadi orang yang membuatmu tersenyum kembali setiap Senin minggu keempat. Senin terburukmu setiap bulan selama empat tahun terakhir ini.
Entah sampai kapan aku akan melihat Senin terburukmu. Yang aku tahu, akan selalu ada secangkir teh melati hangat untukmu, untuk menemani dan sedikit menenangkan Senin terburukmu.
BSD, 1 Juli 2012
Discussion
No comments yet.