Cinta memang hadir tanpa alarm. Tanpa peringatan. Tanpa suara terompet yang terdengar begitu kencang dan membangunkanmu dari tidur panjangmu, membuatmu tergopoh-gopoh untuk segera menengok siapa yang akan datang ke dalam hatimu.
Tidak.
Cinta hadir tanpa disertai gemerincing lonceng kecil yang berbunyi di setiap langkah, membuat tersadar dan bersiap menyambutnya. Cinta tidak pula hadir dengan pesan di langit, apalagi di handphone, hanya sekadar bilang bahwa dia akan datang. Siap-siaplah.
Tidak.
Cinta hadir tiba-tiba. Tak perlu menunggu siap tidaknya kamu. Tak perlu menunggu, mau tidaknya kamu menerimanya bertamu. Cinta datang tanpa perlu persetujuanmu. Mau tak mau, kamu harus mau.
Karena cinta, meski datang seolah tanpa diminta, tapi sejatinya ia datang karena hatimu yang subur untuk tempat tumbuhnya. Seperti magnet yang mencari pasangannya, cinta akan bergerak segera mencari kutubnya. Ingin berlekatan. Ingin berdekatan.
Jadi cinta yang hadir tiba-tiba itu, sejatinya adalah soal waktu.
Ketika rasa kagum berubah kecanduan, bersiap-siaplah cinta datang mengetuk pintu hatimu sewaktu-waktu.
Buka saja pintu hatimu.
Persilahkan masuk, suguhi teh manis hangat dan pisang goreng panasmu.
Jika cinta itu mengetuk tepat di sebuah hati yang menunggu, bilang padanya, untuk tetap singgah dulu, sampai waktu yang belum tentu.
Dan jika cinta itu tak baik buatmu, bilang padanya, ada hati perempuan lain yang lebih pantas dia singgahi, dan bukan hatimu.
Tapi, selalu titipkan pesan padanya, untuk datang kembali lain waktu.
Siapa tahu.
Di saat itu,
tak ada lagi,
perempuan yang lain-lain itu.
Karena lelaki yang sedang kamu cintai setengah mati itu, hanya milikmu. Satu.
**
Kata orang dewasa, anak kecil nggak boleh ikut campur urusan mereka. Aku cuma disuruh belajar dan bersikap baik di rumah. Tapi kadang, orang dewasa juga lupa, kalau aku masih punya telinga. Aku bisa tahu sesuatu lagi beres atau nggak di rumah.
![]() |
Gambar dari : http://weheartit.com/entry/66747180/via/Glamerina |
Aku sendiri masih belum mengerti arti selingkuh. Tapi Ibu selalu menggumamkan kata itu di sela isak tangisnya di kamar mandi. Oh, tentu saja aku mengintip untuk tahu. Mengendap dari selot pintu saat Ayah sudah membanting pagar. Ditambah lagi semua desisan marah yang datang dari kamar mereka kala aku berpura-pura menggelamkan diri pada halaman buku Fisika. Serta tak perlu kuhitung lagi helaan napas tak acuh dari Ayah saat Ibu mengurus piring sarapannya. Continue reading
Kepada kamu, yang mungkin sedang meringkuk di sofa sambil memandangi layar ponsel. Menunggu saya menghubungi, sekedar mengucap ‘selamat malam’. Atau sesekali melirik pintu berharap saya berjingkat masuk memeluk kamu.
Bagaimana kabar kamu? Sungguh saya sedang tidak baik, saya rindu sekali dengan kamu. Saya hampir gila menghitung hari yang tetsisa agar lekas menemui kam Continue reading
Saya senang dengan segala sesuatu yang serba rapi dan teratur. Itu sebabnya saya selalu menyusun pakaian sesuai dengan warna dan jenisnya. Supaya enak dilihat dan mudah diambil.
Saya tidak suka ribut-ribut. Saya hanya ingin hidup tenang. Dan itu tercermin dari warna kesukaan saya. Beige. Warna yang melambangkan keteduhan. Continue reading
Aku mengenalmu sudah sejak lama.
Sejak 6th yang lalu ketika kita sama-sama duduk di bangku SMA.
Senyummu,lesung pipitmu dan juga Poni Lemparmu tak berubah. Namun ada yang berbeda kamu semakin dewasa dan menarik. Mungkin itu yang membuat mataku berpaling padamu. Continue reading
Ini adalah Senin kesejuta kalinya kamu datang dengan muka tak bersemangat, tanpa make up tipis yang biasanya selalu menambah ceria wajahmu, kacamata yang aku tahu persis untuk menutupi mata bengkakmu karena menangis semalaman, dan senyum tipis yang kamu paksakan.
Di setiap Senin seperti ini, aku tahu kamu akan datang dengan sweater abu-abu kesayanganmu, sweater paling nyaman yang membuatmu merasa seperti dalam pelukan. Kamu akan melewati mejaku tanpa sapaan selamat pagi seperti biasanya. Satchel bag merahmu digeletakkan begitu saja di atas mejamu, lalu tanpa semangat, kamu mulai menyalakan komputermu dan mengecek emailmu. Continue reading
Aku rindu. Rindu rasanya tenggelam dalam pelukanmu.
Rindu rasanya diperjuangkan olehmu.
Nyatanya memang kamu tak lagi merindukanku.
Nyatanya memang kamu tak lagi berjuang.
Kamu lupa? Cinta butuh dua orang yang saling berjuang. Lalu bagaimana bila hanya aku yang berjuang? Jelaskan padaku, kamu gugur atau memang menyerah? Continue reading
Perempuan itu selalu kulihat, Mas. Di sana, di matamu.