Kamu, pecinta kopi susu. Di setiap pagi, siang, dan soremu. Secangkir kopi susu; sesendok kecil kopi, susu, dan dua sendok kecil gula pasir, dilarutkan dalam air panas secangkir. Pas, seperti itu.
Kucoba untuk menakhlukkan hatimu. Menyediakan kopi susu yang kamu mau, untuk pagi, siang, dan soremu. Kuingat persis takaran kopi, susu, dan gula pasirnya. Semua biar pas seperti yang kamu suka.
Dan ya, kamu memang suka. Tapi tetap saja kamu memilih dia.
Baiklah, kalau kopi susu buatanku tidak menggoda, kupilih cara lainnya.
Kudengar kamu suka mengkoleksi lagu-lagu David Foster. Kamu berhasil mengkoleksinya, from A to Z. Lengkap, kecuali satu. Sebuah rekaman saat mini concert entah di belahan dunia mana. Katamu, “Susah banget nyarinya.” Dan saat itu aku bilang dalam hati, “Don’t go anywhere. Jangan repot-repot, biar aku yang mencarinya.”
Kugunakan seluruh kekuatan akun-akun media sosialku. Bertanya dimana bisa kutemukan CD yang kamu inginkan itu. Butuh waktu untuk berhasil menemukan dan merayu pemiliknya untuk memberikannya padaku dengan imbalan yang akhirnya menguras dompetku.
Apa kamu tahu, kalau aku tak peduli semua itu asal bisa menakhlukkan hatimu?
Seperti yang kubayangkan, bibirmu tersenyum senang saat menerimanya. Dengan hati riang, kamu mengecup kedua pipiku cepat-cepat dan segera masuk ke dalam mobilmu untuk mendengarkannya. Aku ikut senang, luar biasa. Tapi tetap saja, di dalam mobil, kamu malah menelepon dia. Berkata, “Aku dapet hadiah, CD yang aku suka!” Lalu wajahmu terlihat lebih sumringah saat berbincang dengannya. Sial!
Bagaimana lagi aku bisa menakhlukkan hatimu?
Oh, aku tahu! Kamu suka perempuan berambut panjang dengan poni terlempar ke samping kanan, ala perempuan-perempuan di Charlie’s Angels, saat semua televisi masih berlayar cembung. Dengan penuh pengorbanan, kupanjangkan rambutku yang semula pendek setelinga. Kupanjangkan sampai menjelang pundak lalu mendatangi salon dan berkata, “Tolong dikasih hair extension dong, Mbak!” Supaya tak perlu menunggu setahun lamanya untuk mendapatkan model rambut perempuan yang kamu suka.
Berjam-jam di salon akhirnya aku berhasil juga pulang ke rumah dengan rambut ala Farah Fawcett yang kamu suka. Risih, tentu. Perempuan tomboy sepertiku dengan rambut berkibar-kibar seperti ini, membuatku merasa seperti banci. Tapi demi kamu, menakhlukkan hatimu, akan kulakukan semua itu.
Saat kupamerkan di depanmu, kamu tersenyum dan berkata, “Feminin sekali. Cantik!” Aku tersenyum senang. Sangat senang, sampai akhirnya aku tahu, itu tak membuatmu memilihku. Kamu masih memilih dia. Bukan aku.
Ah, sesungguhnya aku mulai lelah. Dua tahun mencoba menggoda hatimu dan menakhlukkanmu supaya jatuh di dalam pelukku, tapi tetap saja kamu setia pada kekasihmu.
Mulai dari mencoba memakai stiletto sampai memakai anting-anting seperti perempuan lainnya. Menaburkan bedak setiap hari dan memulas lipstick warna merah muda yang alami. Menjadi pelawak yang bisa menceriakan hatimu sampai tong sampah yang bisa menampung seluruh keluh kesahmu. Rajin turun ke dapur, mencoba resep-resep masakan yang kamu suka, sampai menemani hobi menontonmu.
Sudah kulakukan semua cara untuk menakhlukkan hatimu. Sudah puluhan cara, tapi tetap tak bisa.
Kamu tetap memilih dia, kekasih yang ternyata begitu kamu cinta.
Sudah dua tahun dan aku mulai lelah. Juga mulai kehilangan akal, bagaimana cara bisa menakhlukkan hatimu dan membuatmu berpaling dari kekasihmu.
Begini saja. Sekarang aku tanya. “Apa cara ke-32 untuk menakhlukkanmu?”
Karena aku sudah tak tahu lagi bagaimana caranya.
Menakhlukkan lelaki sebaik dan setampan dirimu,
Yang begitu mencintai kekasihmu.
Lelaki beruntung itu.
sebelum sharing soal blog, update blog dulu ya mbak kemaren ? *dikeplak* xD
ah poor girl, mencintai seorang gay
http://blog.fentyfahmi.net
hahahahaha, awalnya serius baca artikelnya. tapi liat komen ini bikin ngakak,
bagus artikelnya…makasih ya udah share…
endingnya mantap! 🙂
jalan-jalan lagi ke mari Mbak Lala, apa kabar Mbak? Semoga sehat selalu