Untuk kesekiankalinya aku melihat adikku terburu-buru meletakkan pensilnya dan melipat selembar kertas yang baru saja kotor oleh tulisan tangannya, ketika aku masuk ke dalam kamarnya. Wajah cantiknya mendadak berubah, seolah menyimpan misteri, seolah tak ingin aku mengetahuinya.
Biasanya aku pura-pura tak tahu, karena adikku yang masih kanak-kanak dan belum lagi genap sembilan tahun itu pasti akan malu kalau aku banyak bertanya-tanya tentang isi tulisannya. Ya, karena untuk anak seusianya, menulis rangkaian kalimat di atas selembar kertas surat berwarna pink kalem dan berbau harum itu bukanlah kegiatan yang lazim. Aku sendiri baru mengenal cinta-cintaan dan surat menyurat itu ketika sudah menginjak umur belasan; jadi kupikir, adikku itu memang malu kalau aku menangkap basah kegiatannya.
Jadi kubiarkan saja dia menyembunyikan surat cinta itu. Kubiarkan dia meletakkan pensil dengan terburu-buru, lalu melipat kertas surat itu, dan diselipkan di antara tumpukan buku-buku yang ada di dalam laci meja belajar, sambil menciptakan raut muka yang nampak polos; tidak berdosa.
Ya.
Kubiarkan saja dia melakukan itu berkali-kali.
Dan biasanya, adikku itu segera pergi dari ruangan lalu bergabung dengan Mama di ruang televisi, untuk menonton sinetron apa lagi yang tengah ditonton Mama saat itu.
Tapi ya.
Itu biasanya.
Sampai suatu ketika, aku mulai penasaran juga dengan apa yang dia tulis. Penasaran juga, bagaimana sih cinta seorang kanak-kanak berusia delapan tahun, yang masih doyan merengek minta anu itu ketika aku ajak berjalan-jalan di mal, lalu menangis perlahan ketika aku menolak untuk membelikannya.
Jadi, kali ini, ketika dia terburu-buru meletakkan pensilnya, melipat kertas suratnya, menyelipkannya di dalam laci meja belajar, lalu berjalan seolah tanpa dosa menuju ke ruang televisi…. kuputuskan untuk tetap di kamarnya, berpura-pura mencari sesuatu di sana, dan tanpa curiga, adikku melenggang pergi dari kamarnya.
Segera aku berjalan menuju meja belajarnya. Menarik laci tempat persembunyian surat cinta yang belum lagi selesai ditulisnya.
Sembari tertawa kegelian karena membayangkan bagaimana kisah cinta monyet seorang anak kecil kelas dua SD, aku mencari-cari dimana adikku menyembunyikan selembar kertas yang masih hangat oleh goresan ujung pensil dan keringat yang sedikit menetes dari genggaman jemarinya.
Senyumku terus terkembang ketika ujung jemariku berhasil meraba selembar kertas terlipat yang berada di balik buku-buku pelajarannya.
Senyumku masih terus terkembang ketika aku mencoba menarik keluar surat itu dari dalam lacinya.
Tapi, senyumku kemudian memudar ketika aku menemukan banyak sekali pucuk surat yang terlipat rapi di dalam lacinya, yang terselip di antara buku-bukunya.
Senyumku malah hilang sama sekali ketika aku mulai membaca berpucuk-pucuk surat yang ditulis oleh adikku itu.
Senyum itu malah berganti dengan air mata yang menetes ketika otakku mengunyah semua tulisan yang ada di sana…
Tulisan di lembaran surat cinta, yang dia kirimkan untuk seseorang yang paling dia cintai.
***
7 November 2007
Bapak…
Kapan Bapak pulang?
Safa kangen…
*
17 Desember 2007
Hari ini Safa kangen Bapak.
Kapan Bapak pulang?
*
5 Februari 2008.
Temen Safa baru dibeliin ayahnya boneka.
Kapan Bapak beliin Safa boneka lagi?
Kapan Bapak pulang?
*
19 Juni 2008
Safa kangen Bapak
*
Air mataku tumpah seperti gerimis di pipi saat aku selesai membaca puluhan pucuk surat cinta untuk Bapak, seorang Ayah yang tidak akan pernah bisa membalas semua surat cinta dari adikku…
***
Ruang Keluarga. Minggu. 14 Juni 2009. 1.06 Pagi
Mengenang Om Sapto yang berpulang 7 Nov 2007
– untuk adik sepupuku, Safa dan Sela… terus berdoa buat Bapak, ya, Dek? –
Hmm..
I’ve read your post, Bro.
Kalau bulan Juni menjadi bulan yang menyedihkan buatmu,
bulan Juli adalah giliranku…. 😦
Selamat, ya, Bro…. ^_*
Horeee… lanjut ke babak selanjutnya… hehehe
Nikmati semua waktu selagi bisa, ya, Mas…
Nanti aku ciumin Safa buat dirimu, yah.. 🙂
Seperti aku, yang mungkin merasa sakit hati dengan perilaku seorang Ayah, tapi tetap saja, aku mencintai Papi dengan segenap cinta yang aku punya… totally…
Aku terharu baca komentar ini, Uda.. Membayangkan betapa ‘cemburu’nya dia dengan adik-adikku di sana… Hmm… tetap memberikan cinta kasih yang sebanyak-banyaknya buat dia ya, Uda… Sama seperti yang aku lakukan saat ini untuk sepupu kecilku, Safa….
Aku juga sedih nulisnya… 😦
I love my Dad, too…
Saat aku denger cerita ini dari mulut Sela, aku juga nggak bisa nahan air mata, Om…
wuihhh…dalemm banget sih
jujur aja gw paling sedih kalo baca soal “kehilangan-kehilangan” seperti ini
mudah2an dek safa tabah ya
mbak..seandainya ini lagi gak jam kantor, mungkin dah meleleh juga air mata ini mbaca surat cinta safa itu…
😦
semoga mereka selalu dikuatkan oleh Tuhan yah mbak..
Lalaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
jadi sedih juga
polos tapi kerinduan terdalam
murni.
sedih nich La..
kenapa namamu lala,
aku tak peduli,
kenapa kau menulis seperti ini,
buatku menangis…..
….. speechless…….
…….. so sad ………
(I pray for her happyness.
Hope the GOD will fill in and warm her up.
And, she will never feel lonely living with her surounding people who trully love her.)
lu tau kan la…kejadian gw
dan walaupun bagaimana, gw sayang banget sama beliau.
hiks 😦
testing
.-= Ria´s last blog ..Aku, Kamu, Kami, Kita dan Mereka =-.
*terdiam dan menundukkan kepala….
.-= okta sihotang´s last blog ..Sejak awal sudah akrab dengan TELKOMSEL =-.
Speechless La..
Semoga mereka tumbuh dengan baik walau tanpa kasih sayang bapak.
luvya.
.-= p u a k™´s last blog ..Ready or not.. you’ll never know when it comes.. =-.
Kisah nyata, Mbak ?
Huff, kupikir fiksi.
Safa … Mbak Muzda tu paling gak bisa suruh komen mellow begini.
Jadi, doa aja ya buat Bapak, siapa bilang gak punya Bapak itu harus sedih, justru Safa dan Sela bakal jadi anak yang kuat.
Cintai Mama, karena Mama juga sama seperti Safa, merasa sangat sedih dan kehilangan
🙂
.-= Muzda´s last blog ..Gosip Maling =-.
benar benar mengharukan mbak *ambil tissue*
sungguh gadi kecil yang luar biasa ^_^
salam kenal
.-= Zulhaq´s last blog ..Dapat Warning FB Hingga Facebook di Block =-.
wah, mbak, kok bikin aku nangis
pertama, aku jg lg kangen banget sama abah (=bapak)
kedua, nama anakku jg saffa..
.-= ufi yusuf´s last blog ..insting, kesadaran akan diri, apapun namanya.. =-.
awal membaca artikel ini, penasaran.. ikut senyum2.. seperti apa ya kira2 surat cintanya..
setelah dibaca.. sedih banget mbak 😦 jumplang banget sama apa yang aku bayangin..
semoga safa tabah ya mbak 🙂
.-= narpen´s last blog ..Ketika harus membuang masa lalu =-.