(terinspirasi dari komentar piyudh di posting yang ini. Makasih ya!)
Nanya, nanya, nanya!
Sejak kapan, sih, di dalam undangan pernikahan tercantum kata-kata mutiara yang kurang lebih seperti ini:
“Kami akan sangat berterimakasih apabila tali kasih yang diberikan tidak berupa barang atau karangan bunga”
Atau kalau nggak bermulut manis seperti itu, pasti ada gambar celengan dengan lembaran duit di bagian belakang undangan. Yang artinya ya sama aja:
“Plis deh, jangan ngasih gue sprei, wajan anti lengket, panci, sedot debu, atau karpet… kasih gue duit buat balik modal aje, ye…” Continue reading
Masih ingat cerita saya tentang Last Single Gal?
Itu lho, cerita nggak penting soal imajinasi urutan pernikahan antara enam member GangGila, yang tercetus di sebuah sore-sore garing, sambil leyeh-leyeh di depan tempat fotokopian?
Ingat, kan, saat saya bilang kalau urutan yang semestinya:
Lala – Lin – Ly – Yun – Els – Tat
Kemudian akhirnya, entah karena apa (oh iya, tentunya karena faktor cowok-cowok khilaf yang rupanya masih belum cukup khilaf untuk ngawinin kami – iye, yang masih tersisa ini!) urutannya menjadi terbalik-lik-lik menjadi:
Tat – Els – Yun – Ly – Lin – Lala
Well, Folks. Ibaratnya sepak bola, ini masih urutan klasemen sementara, karena bisa jadi yang scudetto adalah saya, misalnya? Atau Yun memutuskan untuk menunda pernikahan karena dia lebih memilih untuk berguru dengan Mama Hengky… eh Mama Loren saja? (Entah kenapa belakangan ini si Yun berubah menjadi Paranormal Gadungan — minus sesajen, menyan, dan asap dupa yang mengepul, pastinya! Idih, serem!)
Anything could happen, you know?
Bisa jadi yang malah kawin duluan adalah Ly, satu-satunya perempuan di GangGila yang mengaku cinta dengan seseorang tapi entah kenapa selalu memandang lembaga perkawinan dengan kedua matanya yang lebar, sok bego, dan sinis, “Kawin, ya?” Dan dia pun berdecak-decak kagum (oh yeah, read it with ironic tone, Guys). “Gue baru akan kawin setelah gue nemu alesan yang tepat buat kawin,” katanya. Alasan macam apa? Heaven knows. “Atau kalau tiba-tiba feeling gue mengatakan, ok Girl, now is the right moment to think about marriage more serious.”
Nah, kalau sampai Ly yang kawin duluan, saya dan Lin akan segera ke dukun untuk minta diruwat! Ya, ya, ya. Artinya: separah itu! 😀 Continue reading
“Have you ever been in a relationship where you feel that you are less special than your beloved one?”
Just a blah-blah yang kemudian berkembang menjadi obrolan serius dengan seorang sahabat yang baru saja menjejakkan kakinya kembali ke pelukan kota Surabaya, sebuah kota yang ditinggalkannya dua tahun yang lalu.
Sambil berkendara di atas sepeda motornya, dengan angin yang malam tadi melambai cukup dingin sementara tubuh saya masih kurang fit karena flu berat (tapi tidak cukup berat untuk membatalkan niat saya makan tahu telor dan tahu campur di warung dekat rumah bersama sahabat saya itu! hehe) Continue reading
“Don’t marry someone for ridiculous reason.”
Itu adalah kata-kata yang selalu dengan bawelnya meluncur keluar dari mulut saya. I know, I know. Banyak yang mengatakan bahwa pernikahan memang butuh logika; tidak melulu urusan cinta. Kata orang; cinta tidak bisa membeli beras, lauk pauk, dan membayar sekolah. Kata orang; menggunakan cinta saja sebagai modal pernikahan adalah sesuatu yang kini musti ditinjau ulang.
Hmm.
But let me ask you something:
Can you imagine yourself, wake up in the morning, and the first person you see is a total stranger who can provide you the whole world but love?
Can you imagine yourself, make love with someone without any loving feeling?
One more thing.
Can you imagine yourself, stay at home with a guy that you never fell in love with?
Cinta mungkin tidak bisa membeli beras. Jarang sekali ditemukan ada seorang Kepala sekolah yang mau menerima cinta sebagai bukti pembayaran. Tapi tanpa cinta, sebuah pernikahan adalah seperti kontrak perjanjian yang dingin; di mana ketika segalanya sudah terpenuhi atau malah tidak pernah terpenuhi, entah suami, entah istri, akan memiliki berjuta-juta alasan untuk saling menjauh dan berlari pergi… Continue reading
Do you know how a fight could ruin your day?
Well, kemarin saya ‘berantem’ dengan seorang lelaki yang aneh, yang dengan anehnya sudah membuat hidup saya berubah dari televisi hitam putih menjadi televisi berwarna, flat, and LCD! 🙂 Lelaki yang kini sedang berada di luar negeri itu memang lelaki yang paling aneh yang pernah dekat dengan saya (tapi siapa yang lebih aneh lagi: dia atau saya yang diam-diam menunggu sapanya di Yahoo!Messenger? Hehe).
Ya. Dengan lelaki yang aneh itu saya berantem. Not a fight, maybe. It was a little miss-understanding yang berujung pada sensitifnya perasaan saya. Kamu semua tahu betapa lebaynya saya terhadap sesuatu, kan? Dan kemarin, saya buktikan lagi betapa hiperbolisnya saya dengan menyikapi sikapnya yang aneh (ya, ya. Kamu memang aneh… in a way that I like, pasti.. hehe).
Saya ngomel, panjang pendek.
Dia nggak banyak bicara. I think, it’s his style.
Karena dia diem, saya makin angot.
Dan pertengkaran pertama kami ini berhasil merusak hari kami berdua….
Continue reading
Hey,
Kamu sadar kalau kita seperti berada di jalan tol? Memacu kendaraan sekencang-kencangnya supaya segera sampai di tempat yang kita inginkan? Nggak bisa berhenti sejenak cuman sekedar mengisi perut di rest area, sekadar minum kopi atau mencubit roti bersemir selai srikaya? Nggak bisa berhenti sebentar untuk mengisi bensin yang sudah banyak berkurang karena perjalanan kemarin yang seolah tanpa henti?
What if Prince Charming had never showed up?
Would Snow White have slept in that glass coffin forever?
Or would she have eventually woken up, spit out the apple, gotten a job, a health-care package, and a baby from her local neighbourhood sperm bank?
**
Sejak hari Jumat, Ria, teman blogger yang dengan baik hatinya menjadi blog advisor saya, bilang, “Blog lo gue tutup dulu, ya, La…”
Ada beberapa hal yang musti di-edit dan sepertinya butuh untuk ditutup sementara supaya nggak semakin kacau. Okay. Saya manggut-manggut saja karena sumpah saya bego banget kalau sudah urusan edit CSS atau utak-atik blog. Biarin deh, itu urusan Ria aja. Daripada dia mantengin server doang, mendingan dia ngurusin blog saya juga! Hihi.
Ironisnya, it’s Ria‘s own personal opinion, setelah semuanya beres, server-nya malah down sehingga tidak bisa diakses sama sekali! When everything was ready, the system wouldn’t allow! Keren banget, kan? 😀 Continue reading
Tuhan sedang menyindir saya.
Tuhan tidak lagi sedang berbisik lembut di telinga saya, tapi berkata sedikit lebih kencang dan membuat gendang telinga saya malu mendengarnya.
Tuhan tidak sedang mengelus pipi saya, tapi menjewer telinga saya. Sakit, tapi saya tahu, Dia menyayangi saya, dengan caraNya yang sangat luar biasa.
Tuhan sedang ingin menatap mata saya.
Tuhan sedang ingin saya menatap balik ke arahNya.
Tuhan sedang ingin saya lebih pintar; lewat sebuah obrolan, pagi ini. Continue reading