you're reading...
Bandung-Jakarta's Stories, Memorable Meetings

(Bandung-Jakarta’s Stories Part.1) Selebritis Vs Penggemar

I am a writer wannabe.

Saya pernah pernah menulisnya di side bar blog saya dan dengan segera seorang teman bernama Donny Verdian bilang, “Hey, kamu itu penulis!” Maksud dia, saya bukannya ‘wannabe’ tapi ‘already’ atau berhenti saja di “I am a writer.” Selesai.

Saat itu saya belum lagi menulis buku, meskipun blog menjadikan saya sebagai penulis yang sangat aktif (ah, terbayang kini di dalam kepala saya betapa dulu saya bisa menulis sampai sembilan cerita dalam satu hari!). Semua kejadian-kejadian kecil di dalam kehidupan saya berhasil saya ceritakan ulang di blog saya yang saat itu masih baru beberapa bulan saja umurnya. Entah kenapa, ketika masih ‘perawan’ dan belum ‘melahirkan jabang bayi‘, seorang saya tidak pernah berani menyebut dirinya sendiri sebagai penulis. Iya, karena menurut pemikiran saya, profesi yang sungguh hebat dan selalu berhasil membuat saya ternganga bangga dan iri tidak boleh disamakan dengan penulis di blog yang standar-nya, for me, that time.

I was a blogger. A writer wannabe.
Not until I can publish my own book and find it in the book store; I’m not qualified enough to be called as a writer.
Sudahlah, blogger saja. Tak perlu bilang bahwa saya adalah penulis; meskipun kini saya mulai menganggap bahwa setiap blogger adalah penulis-penulis yang menunggu giliran agar naskahnya segera dibaca oleh seorang editor lalu mulai berjuang di berbagai sidang agar dianggap layak cetak.

Kenapa begitu?
Kenapa  saya selalu bilang bahwa saya adalah a writer wannabe meskipun setiap hari saya menulis seolah kesurupan dan menghasilkan banyak cerita dalam waktu yang tak pernah kurang dari dua puluh empat jam setiap harinya?

Karena buat saya, Penulis adalah profesi yang sungguh-sungguh awesome! Hebat! Keren! Very cool! Orang yang sudah berhasil menulis buku (yang bagus, pastinya.. bukan yang ecek-ecek nggak penting tapi laku dijual cuman karena lagi happening banget getoh… hihi) adalah orang yang saya kagumi. Di mata seorang Lala Purwono; a writer who can write good dan berhasil membuat saya terlarut dalam setiap tulisannya, adalah seorang Dewa! Haha! Keren banget, nggak, sih? *kedip-kedip kelilipan* 😀

Siapa penulis yang berhasil membuat saya jatuh cinta dengan tulisan-tulisannya?
Pertama, pastinya Bagus Takwin, di sebuah bukunya yang berjudul Bermain-Main dengan Cinta. Hm, buku ini adalah salah satu trigger yang membuat saya sungguh cinta dengan dunia tulis menulis. Buku kumpulan cerita pendek Bagus Takwin menjadi bacaan sehari-hari seorang Lala yang saat itu masih anak kuliahan. Sebagai pengantar tidur, sebagai peneman kala menunggu mikrolet, sebagai teman mati gaya saat harus menunggu jam masuk ke mata kuliah berikutnya. Buku itu benar-benar telah sangat dahsyat membangkitkan perasaan cinta saya ke dunia ini; sebuah dunia yang akhirnya menjadi dunia tempat saya menginjakkan kaki!

Lalu ada Fira Basuki lewat trilogi Jendela-Pintu-Atap.
Lalu ada Ayu Utami lewat Saman-Larung.
Lalu ada NoRiYu lewat Mahadewa Mahadewi.
Lalu ada Djenar Maesa Ayu.
Lalu ada Ninit Yunita.
Lalu ada Okke Sepatu Merah.
….dan sampai kini, saya tidak tahu kenapa saya begitu mengagumi penulis perempuan! Faktor penghayatan yang sama? Emosi yang mungkin bisa berjalan seiringan? Atau saya memang kebetulan saja membaca karya-karya penulis perempuan yang hebat dan super duper famous sehingga saya menyimpulkan bahwa all female novelist are so damn talented?

Saya bukan pecinta atau pembaca regular karya-karya sastra; tapi saya mencintai karya-karya penulis yang tulisannya pernah saya nikmati dengan seluruh pori-pori tubuh yang menyerap setiap detil cerita yang tertulis. I’m not a Pramoedya’s big fans, meskipun saya jatuh cinta setengah mati dengan Kahlil Gibran. Jadi kesimpulannya: saya menikmati buku-buku yang sudah saya baca dan saya mengagumi sosok-sosok di balik sebuah karya yang berhasil membuat saya melelehkan air mata, bersibuk ria membereskan getaran jantung yang mendadak dangdut, berhasil membuat saya tahu bahwa cerita yang dirawinya adalah sungguh memesona

Bertemu dengan Bagus Takwin, FirBas, Ninit Yunita, Okke, Djenar, Ayu Utami, dan NoRiYu adalah mimpi saya. It would be a thrilling moment to see those people dengan mata telanjang; hanya dengan berdekatan dengan mereka adalah sebuah kebanggaan yang luar biasa apalagi kalau bisa mengajak mereka bertukar pikiran, berdiskusi, dan shopping bareng! Ah! Ada yang bisa bantuin saya ketemuan sama idola-idola saya itu nggak ya? 🙂

Ya, Sahabat-Sahabat!
Saya bakal merinding hebat kalau bisa bertemu dengan mereka! Bisa grogi nggak jelas kalau harus satu ruangan dengan Penulis yang karyanya menjadi sarapan, makan siang, makan malam, sampai cemilan saat nonton televisi. Bisa grogi segrogi-groginya kalau saya harus berbagi udara yang sama dengan penulis hebat seperti mereka.

Hm,
Sama groginya ketika saya bertemu dengan lelaki yang satu ini; Daniel Mahendra, si Penganyam Kata yang tulisannya benar-benar delicious! Ah, iya. Tulisan lelaki yang akrab disebut Jembret… eh, DM ini (ups, sorry, Mas! Haha) mirip sekali dengan ayam goreng racikan resepnya Colonnel Sanders yang super duper famous itu! Wanna read more and more… and more…

Saya sendiri mengenal Daniel Mahendra ketika tersesat di dunia blog. Dalam beberapa klik mouse, saya sampai ke http://danielmahendra.com, lalu jatuh cinta dengan tulisannya yang berjudul Apa Yang Sudah Kau Persembahkan Pada Ibumu? yang mengingatkan saya sendiri pada seorang almarhumah Mami yang kebetulan sebaya dengan Ibu-nya! Hari kelahiran mereka hanya berjarak 4 hari saja sehingga bisa jadi kalau Mami masih hidup, mereka berdua bisa jadi temen arisan di kompleks! *hidih, Surabaya sama Bandung, getoohh…* 😀

Bermula dari tulisan itu, di suatu siang, saya menghabiskan waktu untuk membaca beberapa tulisannya. Mundur sampai beberapa tulisan ke belakang dan makin yakin untuk memasukkan blog ini sebagai daftar kunjungan wajib setiap hari! Ya. Setiap hari. Meskipun tidak selalu meninggalkan komentar, tapi saya selalu membaca seluruh tulisan-tulisannya. Bahkan kalau sedang iseng, saya suka mengacak-acak tulisan-tulisannya yang lama. Goblognya, saat itu saya belum tahu kalau seorang Daniel Mahendra memang akrab sekali dengan ranah Sastra. Ketika mengetahuinya, segera saya tersenyum sendiri. Ah, pantas saja tulisannya bisa secantik ini…

Beda dengan FirBas, Bagus Takwin, dan manusia-manusia hebat yang sudah saya sebut sebelumnya, Daniel Mahendra adalah Idola yang bisa saya ganggu! Iya. Bercanda lewat lemparan-lemparan komentar di blog, saling mengejek di mesin percakapan internet Yahoo!, bertanya soal ini-itu lewat telepon dan SMS adalah beberapa hal yang tidak mungkin saya lakukan dengan FirBas dan Bagus Takwin (ya, Djenar, Ayu Utami, NoRiYu, Ninit Yunita, Okke, dll dsb). Tapi dengan Daniel Mahendra, saya bisa dengan akrabnya melakukan semua itu, seolah tidak ada jeda antara seorang Penulis Hebat dengan blogger amatiran seperti saya (hey, ini dulu, Mas! Haha… sekarang aku udah jadi seleb! hihihi… Nggak tahu diri bener… ) Tidak ada jarak yang membatasi kecuali dia ada di Bandung dan saya ada di Surabaya.

Saking kagumnya dengan Daniel Mahendra, saya sampai memintanya untuk menjadi endorser buat buku The Blings of My Life yang telah di-launching tanggal 14 November 2008 kemarin; sebuah proses meminta beberapa kalimat untuk ditulis di sampul buku yang penuh perjuangan! Haha! Daniel Mahendra menulis endorsement ketika dia lelah saya ‘bawelin’ sampai sebulan lebih dan terbayar dengan komentarnya yang nangkring di halaman depan! (Siapa yang numpang populer: kamu atau aku, hm?) 😀

Sungguh tidak terbayang bisa bertukar pikiran dengan orang yang mengerti benar dunia perbukuan dan penulisan, sehingga saya pun makin bawel saja curhat kepadanya soal ketakutan-ketakutan saya menjelang jadwal cetak buku perdana saya. Takut nggak laku, takut disebut buku yang tidak bermutu, takut ada yang tidak sependapat… dll dsb yang kemudian hanya ditanggapinya dengan santai: Menulis adalah Soal Keberanian, Eh? Dan di malam itu, usai meminta pendapatnya, hati saya jauh lebih lega… Ya. Ketakutan itu kemudian hilang. Magic? Ah, kalau Daniel Mahendra yang super kondang aja tak melulu dipuji, kenapa saya musti khawatir?

Ya.
Daniel Mahendra yang bawel tapi juga teman diskusi yang menyenangkan dan menjadi kamus terbuka ketika saya ingin tahu tentang kata-kata yang tidak saya mengerti, serta mesin penunjuk jalan ketika saya tersesat di dunia tulis-menulis dan perbukuan inilah yang beberapa hari lalu menemani saya sarapan di hotel Aston Tropicana, Bandung, bersama my so called sister Imelda Coutrier yang sengaja datang ke kota yang berjarak dua jam saja dari Jakarta itu dalam program healing getaway.

Lala & DM @ Aston Tropicana, Bandung

 

Bertemu dengan Daniel Mahendra adalah sama halnya kalau saya bertemu dengan seorang Bagus Takwin atau Ninit Yunita yang saya kagumi. Meskipun, ya, ya… Bagus Takwin atau Ninit Yunita mungkin tidak sebawel Daniel Mahendra! Mudah-mudahan saja! Haha.

Daniel Mahendra yang pagi itu menemani saya dan Sis Imelda sarapan, lalu ‘keliling dunia’ di atas mobilnya mengantarkan kami ke tempat-tempat yang ingin kami kunjungi di waktu yang serba terbatas itu (sebelum saya dan Sis Imelda harus kembali ke Jakarta beberapa jam berikutnya), dan menjadi teman yang sangat menyenangkan selama kunjungan singkat saya di Bandung (ya, menclok sebentar ke kotamu itu, Mas! Kapan lagi bisa ke Bandung kalau bukan karena Mbak Neph nikah, coba? Hehe).

Image seorang penggemar tulisan dengan penulis yang tulisannya digemari oleh seseorang otomatis meluntur seketika saat Daniel Mahendra melayani Sis Imelda dan Lala Purwono dengan sangat, sangat gemati *aduh, artinya apaan sih? Ini istilah bahasa Jawa!*

Image seorang Daniel Mahendra yang super kondang dengan blognya yang selalu ramai yang sungguh saya idolakan dan menjadi tempat mengadu saya soal perbukuan dan tulisan (okay, tentang cowok-cowok begajulan dalam kehidupanku itu juga.. hehe) segera lenyap ketika kami bertukar sapa di pertemuan pertama kami.

Ya.
Di saat itulah saya benar-benar merasa kulit saya meremang sebentar meskipun kemudian saya sadar kalau lelaki ini adalah teman saya sendiri; bukan a movie celeb melainkan orang yang rela mendengarkan cerita saya tentang konsep bedah buku yang akan digelar bulan depan dan tak lupa juga memberikan banyak ide dan pemikiran-pemikiran yang belum pernah terpikirkan sebelumnya.

Sungguh.
Once I met him, I knew that he wasn’t a super star… He wasn’t a cold blooded celebrity … (haha!)

He’s just a friend.
And I’m his friend.
And we’re no longer a famous writer and a beautiful blogger 🙂

Tahu kenapa?
Karena malam itu sebelum Daniel Mahendra pamit pulang dan menyuruh kami istirahat saja di hotel, saya malah memberinya buku The Blings of My Life berikut dengan kata-kata najis di halaman awal isinya, yang disambutnya dengan wajah yang super girang!

Haha.

Sekarang pertanyaannya: Siapa selebritisnya? Siapa penggemarnya, ya? 
Kok dia seheboh itu setelah menerima buku saya… hehehe…

***

Jakarta, 24 Februari 2009
Pukul2.56 AM
Masih di kamar Kai, Riku, dan Imelda 

Ps:

Mas, makasih udah dianterin ke tempat jualana DVD, ya.. Seneng banget nih dapet DVD yang jarang bangat aku temuin di Surabaya! Makasih buanget, yo, Mbret! 😀

About Lala Purwono

Published writer (or used to be, darn!). A wife. A mom. A friend that you can always count on.

Discussion

28 thoughts on “(Bandung-Jakarta’s Stories Part.1) Selebritis Vs Penggemar

  1. Lala, Bono di salah satu lagu di album terbarunya bilang satu hal yang sangat saya suka “folded on knees”

    Itu setara dengan ungkapan “namun ada kala pria tak berdaya, tekuk lutut di bawah kaki wanita”

    Sedelicious apapun DM, sehebat dan seterkenal apapun dia, kalau menghadapi wanita secantik kamu, ia juga akan folding his knees, dan memohon lagi menghiba.

    Semoga ini tak berlebihan …. 🙂

    Posted by DV | February 24, 2009, 4:52 am
  2. Lala, engkau cantik sekali pake baju itu….
    Atau makin cantik karena ketemu dengan penulis yang kau kagumi? Hmm kecantikan yang berasal dari hati….

    Posted by edratna | February 24, 2009, 8:42 am
  3. senen9 ya bisa bertemu den9an penulis idolanya..:)

    seperti diriQ ju9a senan9 sekali dikunjun9i sama @ penulis seperti dirimu jeun9 lala..:)
    yan9 bukunya aKu lihat di toko buku,dan baru aKu baca sekilas…
    makasiii yaa..

    Posted by wi3nd | February 24, 2009, 9:01 am
  4. Mbul, itu DM atau Deddy Corbuzier ? Coba cari di meja lain, kali aja kamu ketuker waktu nyari sarapan.

    Hehehe. Just Kidding.

    Posted by Bro | February 24, 2009, 9:25 am
  5. dua-duanya selebrities hehehe … penulis kalau gak ada yang baca juga susah. pembaca kalo gak ada penulis, apa yang mau dibaca ? btw era sekarang para blogger gak perlu harus bersandar kepada penerbit. kalo memang ingin segera terbit dan gak pengin diatur-atur sama penerbit, terbitkan sendiri aja bukunya. masalah laku gak laku itu urusan belakangan. paling gak impian jadi penulis terwujud dengan cepat dan mandiri.

    Posted by Setiaji | February 24, 2009, 9:26 am
  6. gimana kalau jadian aja????
    hahaha…GUBRAK dech…. 🙂

    Posted by joicehelena | February 24, 2009, 9:28 am
  7. ah ……fotonya garing!
    mana foto yang lebih mesraaaaaaaaaaaaaa

    Posted by yessymuchtar | February 24, 2009, 9:33 am
  8. wew… makan-makan sama mas DM nih.
    bener kata mbak yessy, fotonya garing……
    :mrgreen:

    Posted by Catra? | February 24, 2009, 9:58 am
  9. foto?
    Lah yang pemotret kan aku!
    Kalian harus bertanya padaku, bukan pada LALA.
    ahhahahaha

    EM

    Posted by Ikkyu_san | February 24, 2009, 11:11 am
  10. kalo saya pengen ketemu jeung lala, gimana?? 😀

    Posted by Billy Koesoemadinata | February 24, 2009, 11:24 am
  11. Hahaha …
    Itu lah …
    Kalau dua orang hebat ketemuan …
    Tidak ada lagi seleb … tak ada lagi penggemar …
    just like what you said …

    He’s just a friend.
    And I’m his friend.
    And we’re no longer a famous writer and a beautiful blogger

    Salam saya La

    Posted by nh18 | February 24, 2009, 12:18 pm
  12. Hehehe..yang motret protes..!!
    Yes.. tolong di copy gambar yang ‘mesum’nya dari mbak Imel..
    *lempar korek* :mrgreen:

    Posted by p u a k | February 24, 2009, 1:24 pm
  13. La…. iya.. agak kurang mesraa dikit.. 😆
    hehe.. tapi bener euy si jeung meuni geulis pisan..!
    😀

    Posted by Yuyun | February 24, 2009, 1:30 pm
  14. puak?????

    mesum? ???

    ohhhh yang di tempat tidur itu?
    Nanti aku pasang di blog deh huahuahauahau
    Trus…. kalau semakin banyak yang sms minta ketemu tante,
    aku kasih no HP kamu ya puak… siap-siap aja
    hihihi

    EM

    Posted by Ikkyu_san | February 24, 2009, 1:47 pm
  15. kok foto yg lebih mesranya gak di upload la 😀
    hmmmmm….hmmmmm….

    Posted by Ria | February 24, 2009, 2:31 pm
  16. Huaduhhh, udah jeung ga usah berantem. Lha wong jeung Lala & Mas Dm itu kan dah sama2 seleb…!!! Hehe…

    Posted by Maria | February 24, 2009, 3:31 pm
  17. beruntung nian mas
    Daniel Mahendra iku yo….
    met sore sista…..
    sombong sekarang ya
    hehehehe 😉

    Posted by mikekono | February 24, 2009, 3:55 pm
  18. wah….hidup mbak lala nih makin asyik aja deh….
    jadi ngiri nih….:-)

    Posted by gwgw | February 24, 2009, 4:15 pm
  19. bingung jawabnya jeung
    dua duanya uda seleb sih
    mungkin keduanya juga saling mengagumi kaleee…

    Posted by kejujurancinta | February 24, 2009, 5:39 pm
  20. Wah … sayangnya saya terlewat event heboh ini euy … Tahu gitu saya mau saja nguping pembicaraan para penganyam kata yg tentu seru … atau justru “shouting without words” hehehe 🙂

    Posted by Oemar Bakrie | February 24, 2009, 6:57 pm
  21. And we’re no longer a famous writer and a beautiful blogger

    Yang mana famous writer yang mana beautiful blogger?
    dua-duanya?
    😉

    Posted by tanti | February 24, 2009, 9:38 pm
  22. Saya jadi berpikir… kalau dua orang penulis bertemu… apa ngobrolnya juga dengan tulisan ya..?! he.. he.. he..
    Tetapi kayak nya “Serasi” tuh…. kedip kedip mata…
    Salam dari jauh…

    Posted by michaelsiregar | February 25, 2009, 2:21 am
  23. hmm… klo aQ mauh penulis gadungan yang nggak tahu apa2.. hahahaha…
    skrg yg terpenting sang penulis wannabe itu bnr2 udah jd penulis yg memberi inspirasi bagi banyak org, dan dengan tulisannya ngebuat hidup jd berwarna euy.. hehe

    Posted by Sarah Tahnia | February 25, 2009, 2:09 pm
  24. hmm lalu, saya kapan bisa ketemuan ama jeung ? 🙂

    Posted by warm | February 25, 2009, 2:22 pm
  25. Ehem..eheemm…wink!

    Posted by salikha satiena | February 25, 2009, 5:00 pm
  26. Ouw?

    Posted by DM | February 25, 2009, 6:35 pm
  27. Mbak, ke Bandung?
    My God, kemana aja akuu..?
    kan aku bisa mengikuti Si Om dari belakang demi melihatmu, Mbak…
    hihihi…
    aaaaa…..curaaaaaang…!

    Posted by miSSiSSma | February 27, 2009, 10:31 am
  28. gw juga bukan superstar kok 😉
    hehehe…

    Oh my God! Ada Mbak Okke di siniiiii… Senang sekaliiii…………..! 🙂
    I just finished reading Indonesian Idle… udah yang kesekiankali-nya lhooo….. Duh cenangnya! *joget-joget*
    Hatur nuhun Mbak…

    Posted by okke | June 17, 2009, 11:53 pm

Leave a reply to nh18 Cancel reply

Catatan Harian

February 2009
M T W T F S S
 1
2345678
9101112131415
16171819202122
232425262728