Learning From The Movies Vol. 3
Selain punya adiksi berlebihan terhadap drama romantis Hollywood, orang seganteng George Clooney, frappuccino-nya Starbucks atau Cookies and Cream Coffee-nya Grazia Cafe, juga warna pink yang sama sekali tidak mencerminkan karakter pribadi *oh, I am cute, but definitely not that cute! wekeke*, saya juga punya beberapa adiksi yang lain, salah satunya adalah: SELF TORTURING.
Self torturing alias menyakiti diri sendiri adalah salah satu dari kebiasaan buruk saya. Kalau boleh pinjam istilah teman saya, “Lo itu, ya, La… suka banget sih naburin garam di atas luka lo sendiri…” (pembelaan saya: “Lah, daripada gua naburin di atas luka elo, Bu?” dan kepala saya pun benjol seketika karena stiletto ber-hak tujuh sentinya itu melayang ke muka saya! Hihihi)
Self torturing, huh?
Menyakiti diri sendiri? Menabur garam di atas luka yang masih basah?
Lalu saya pun mulai mengingat-ingat, kapan kira-kira sahabat-sahabat itu mulai bawel dan menuduh saya suka menyakiti diri sendiri.
Apakah karena waktu itu saya selalu penasaran dengan berita seorang peragawati dan fotomodel terkenal yang pernah menjadi pasangan Pacar saya? (my first ex-boyfriend, gitu, deh… entah, itu orang kesambet apa gimana sih, kok mau-maunya sama saya! Haha…)
Saat itu, saya mengaktifkan internet dan mulai browsing, mencari-cari berita soal perempuan cantik itu (any kind of news and stories would be okay!). Lantas, saya mulai hobi mengaduk-aduk isi majalah dan tabloid yang dijual di tempat fotokopi kampus — yang kebetulan menjadi markasnya GangGila — hanya karena ingin melihat profil si peragawati atau gambarnya ketika sedang berjalan di atas catwalk. Itu aja? Oh tidak. Bahkan saya mencandui sinetron yang dia bintangi dan percayalah, saat itu, saya tidak pernah beranjak dari depan televisi, bahkan saat jeda iklan sekalipun! Gila, kan?
Kata Tat waktu itu, “Ngapain, sih, La, nyakitin diri sendiri?”
Saya bilang, “Nggak, kok… Siapa yang sakit?”
“Udah, deh, nggak usah bohong… Semua orang juga tahu, kali…”
Dan saya memang sakit hati, sebetulnya. Cemburu berlebihan (ugh, come on… she’s a total Goddess and look at me! Heaven and earth… Heaven and earth… *sigh*) Bertanya-tanya apakah pacar saya itu sedang tidak mengalami gangguan penglihatan atau mind disorder di mana dia melihat saya sebagai puteri cantik? Atau, mudahnya, kok bisa ada laki-laki seperti dia yang mau sama saya… Seberapa khilaf sih? 🙂 Ujung-ujungnya, saya malah berantem dengan Pacar, nggak enak hati, dan mulai merasa minder-seminder-mindernya. Edan!
But the stories kept on going…
Saya menyebut ini sebagai adiksi yang berlebihan, karena memang saya selalu melakukannya pada hubungan-hubungan saya yang berikutnya. Entahlah, seolah ada semacam ‘kesenangan’ tersendiri ketika saya ‘mengintip’ masa lalu orang terdekat saya. Bertanya-tanya; siapa saja mantan kekasihnya; berapa banyak perempuan yang sudah dipacarinya; tempat favorit mereka di mana; kenangan yang paling berkesan saat pacaran dengan mereka; seberapa intens komunikasi mereka sampai hari ini; sampai memaksa Pacar untuk menunjukkan foto mantan-mantannya!
Iya… gebleg kan?
Buat apa coba saya melihat wajah-wajah perempuan yang bibirnya (mungkin) pernah berciuman dengan bibir kekasih saya? Nama tanpa wajah saja sudah cukup bisa meluluhlantakkan hati seorang perempuan, apalagi ditambah dengan visualisasi yang sempurna lewat foto-foto, kan? Iya kalau mereka tidak lebih cantik daripada saya, lha kalau semuanya cantik dan saya termasuk si Buruk Rupa? Apa nggak suicidal mode jadinya?
It was a suicidal mode, definitely.
Pernah, saya malah menelusuri jejak masa lalunya via Friendster yang malah menggiring saya pada kenyataan ini: “She’s a total gorgeous. Dari komunikasi di FS, mantannya ini masih begitu berharap untuk bisa kembali dengan Pacar saya (iya, sekarang mantan), and she seems so nice, kind, and friendly. Pekerjaaannya bagus. Agamanya seiman dengan dia (oh ya, saya pernah pacaran beda agama). What the hell had happened?”
Karena mereka seolah benar-benar meant to be, tapi kenapa musti terpisah…
Apa yang sudah terjadi?
Apa yang membuat mereka berjauhan?
Dan satu hal: kenapa Pacar nggak pernah memberitahu saya soal perempuan ini, padahal dia selalu cerita pada saya semua perempuan-perempuan yang pernah dekat dengannya?
Was I missing something?
Diam-diam membuka his little black book (=sebuah istilah untuk buku/folder/blacberry/dll yang memuat tentang masa lalu kekasih dengan semua mantan pacarnya), mendapati sejumlah fakta yang tak pernah saya tahu sebelumnya, mengetahui bahwa the flame was never die dan saya berdiri di tengah-tengah merek berdua, jelas-jelas semakin membuat saya sakit hati.
Bagaimana tidak? They were still in love, but he was with me. Didn’t it sound totally unbelieveable; I stood between those two lovebirds with the thought that my boyfriend was in love me, when infact he wasn’t at all?
Tat was right. Saya sedang menaburi garam di atas luka sendiri karena saya nekat berenang terlalu dalam di lautan masa lalu kekasih saya. Meskipun memang, karena ulah iseng-iseng saya itu, saya bisa menyudahi sebuah hubungan tanpa masa depan bersama kekasih which is good, tapi tetap saja saya merasa sangat, sangat sedih.
Dan apakah ini berhenti sampai di situ saja?
Oh, tidak, tidak.
Seperti adiksi saya terhadap kopi, yang tak bisa berhenti saya candui sekalipun kopi berhasil membuat perut saya melilit karena masalah di lambung, seperti itulah adiksi saya terhadap masa lalu kekasih. Menelusuri setiap jejaknya di masa lalu, mencari tahu setiap detil cerita yang pernah tertulis di dinding kehidupannya, dan mengunyah setiap fakta manisnya di masa lalu yang kemudian menyakiti gigi geraham saya! Da*n!
Dan kamu tahu?
I just did, recently…
I opened someone’s little black book.
Berbahaya, I know.
Tapi tidak menyurutkan minat saya untuk membaca masa lalunya, untuk mengetahui seperti apa masa lalunya, dan siapakah perempuan-perempuan yang pernah hadir di dalam hatinya.
Yeah.
I saw those women.
I saw those pretty faces.
I saw the sparks.
I saw the faces, the smart and talented women that I could never compete with. *Da*n!*
And suddenly, I’m broken…… and helpless.
Kemudian saya segera teringat dengan salah satu film favorit saya ini: Little Black Book, bagaimana konyolnya seorang Stacy yang sesungguhnya pintar dan berbakat, tapi menjadi sangat dumb ketika ia harus menelusuri masa lalu kekasihnya. Smashing the answering machine, misalnya. Menjadi pasien penyakit bisul di alat kelamin hanya karena salah satu perempuan cantik di black book kekasihnya adalah seorang Dokter! Konyol, kan?
Rasa penasaran itu menggiringnya pada kenyataan yang bitter and painful.
Sama seperti rasa penasaran saya yang berlebihan sehingga saya malah merasa menjadi perempuan bodoh yang tak akan pernah bisa berkompetisi dengan perempuan-perempuan yang pernah hadir di masa lalunya..
I’m not a stupid girl…
At least, I don’t wanna become stupid and silly over this unnecessary madness. I have to stop torturing myself because I know, it’s definitely not worth it.
Siapa yang bisa menghapus masa lalu? Kecuali dengan bantuan alat brain washer, masa lalu akan terekam selamanya di dalam hidup seseorang. It’s a one whole package of a human and there is no way we expect to have the past, the current, or the future only. And if you love someone, truly in love with that someone, you have to accept him for whatever he was, whatever he is, and whatever he will be.
Lagipula, setiap orang punya masa lalu, kan? Seperti masa lalu saya yang pernah pacaran dengan seorang bintang film Hollywood, George Clooney, yang tidak pernah saya bagi dengan siapapun itu… *soalnya ini mimpi!! wekekekeke*
Then I remember a great line from Stacy in that movie, yang membuat saya senyam-senyum sendiri sambil menggigit kain sprei … eh, nggak.. nggak… menggigit bibir saya dengan gemas! Haha… I was so ridiculous!
Stacy said, “I’ve spent a life time looking for the truth and I have become the lie. Maybe some secrets should just stay secret…”
Ya.
Maybe there are things that better left unspoken.
Untold.
And remain as mystery.
Maybe, those things are created to be untold, unspoken, and never meant to be uncovered for the rest of our lives, because they’re better that way?
Lagipula, what really matter is…
life’s moving forward, not the other way around.
Saya masih bisa mencoba merancang masa depan, mencoba mengatur bagaimana kehidupan yang saya inginkan di waktu-waktu mendatang… one thing that I could never do for my past… our past…
Well,
tadi pagi aku iseng-iseng maen ke FS mantan.. hehe.. you know, cowok itu tuh, yang sukses bikin aku kayak orang gila *haduh, gila bukannya bawaan kamu, Dek Lala? hehe*
Nah, tahu ga sih, ternyata dia udah jalan sama cewek laen pas masih jalan sama aku! huakakakakak… perih, men.. perih.. 😀
But I am lucky though.
I AM… 🙂
Kurang beruntung? Kayak undian.. hihihi
Kebahagiaan menanti? AMIEN!! 🙂
thanks, say…
Yap. Like opening a Pandora’s Box.
Penasaran pingin tahu isinya, begitu dibuka, nyesel dah.. hahaha…
Iya, nih.. Addiction apa kelaenan jiwa sih, Say.. bete.. sumpah bete sama kebiasaan anehku ini…
Musti bawa ke psikolog kayaknya… 😀
Ada hubungannya dengan nemuin FSmu, Mbak?
ohh… ada dong… *kedip-kedip* 🙂
He’s just a whole package.
Kayak paket hemat MCD yang musti dibeli semuanya, ya? 🙂
Hehe… iseng bener ya?
Saya malah ga bisa nulis yang pendek-pendek Mas…
biasa bawel, soalnya… hehe
Luna Maya aja deh… hihihihi…
Bingung mau bilang apa?
gimana kalau kasih duit aja?? *dipentung* 😀
I’m doing it, Om… I’m doing it… 🙂
Makasih, Sheila…
Memang, intinya sih merasa secure dengan diri kita sendiri; bisa dengan feeling absolutely gorgeous, bisa dengan pikiran kalau kita yang ada di samping lelaki itu saat ini… 🙂
Hehe… tapi ntar kalau yang diobok ndak mau diobok, gimana dong? terpaksa ngobok sendiri jadinya…..
*aduh, kenapa kesannya jorok gini ya kalimat itu tadi? hahaha*
Begonya perempuan itu… *okay, begonya saya! hehe* begitu tahu, malah bete surete semelekete.
Susah bener deh perempuan itu..
makanya saya lebih demen laki2 daripada perempuan…. 😀
HI..
thanks..
Be there after this… 🙂
CIeee…
young? YOUNG????
Bukannya kita emang masih muda, Say..
kalo udah gini aja ngakunya tue… hahahahaha……
Rumah barumu apa kabar?
Makasih, Kang Deni…
Kebiasaan itu seolah sudah disetel secara otomatis di dalam pikiranku, Sar.. nggak tahu kenapa.. Padahal setelah tahu juga nyesel, marah, ngamuk, gondok… udah, deh.. jelek banget pokoknya… 🙂
Now I’m trying to stop doing that.
Wish me luck, okay…..
Supaya bisa seperti kamu juga, Sar… 🙂
HUAKAKAKAKAKAK!
Ditalak lima yaa????
Bininya ada 1 apa 5?
Kalau bininya 5, kan berarti masih bisa rujuk! wekekeke….
Tapi emang bener yaa… kalau terlalu membeberkan rahasia juga malah berantem jadinya… Alasannya sesederhana itu yaa… bukan karena nggak mau memberitahu pasangannya, tapi simply hanya ingin menjaga perasaannya aja….
Kenapa, ya?
Waduh, Vica… aku juga nanya hal yang sama… hehehehe…
udah setelannya perempuan kali yaa…. 😀
Semoga kesadaran itu kemudian diikuti dengan tindakan konkrit, Mas. Seringnya, aku ini suka banget naburin garam di atas luka… haduh… bener-bener kebiasaan yang menyebalkan! 😦
Ini bukan fiksi.
Kalau fiksi, aku menulisnya di category fiktif 🙂
Emang aku pernah pakai themes ini ya? 🙂
hehe..
ntar aku tulis yang pake bahasa daerah aja, deh… 🙂
maaf ya, gara-gara sobatan sama Chinca Lawra, jadinya ya gini deh.. hihihi…
Pasti fans gue, tuh, Say! wekekeke…
*udah deh, Boss, ga usah lebay.. hehehe…*
Itulah, Bang… suka merasa aneh… I’ll stop doing that… definitely not worth it. Thanks Abang…
Jadi Abang mengharapkan dan menyayangi diriku nih ceritanya?
uhuii…… *kedip-kedip*
Apa kabar, Bang…
jaga kesehatan, ya…
Hehe.. yang nulis juga perempuan, Mas… 🙂
Ada-ada aja idenya?
Yang nulis juga pengangguran nggak jelas di kantor, Mas… hihihi…
thanks…
Huaduh.. gosipin aku ya? Mudah-mudahan bagus-bagus aja yang dibahas.. 🙂
Fisik?
ow no.. nggak lah… fisiknya udah cukup ancur tanpa perlu disakiti.. hihihi…
Peragawatinya?
2 bersaudara, kakak dari seorang adek yang maen sinetron juga…
muka mereka mirip banget…
inisial? tanya si Yessy aja, ah.. nggak enak euy di sini.. hihihi…
Haha… emangnya air di baskom, pake acara diobok-obok segala? hehe..
Nanti saya maen ke situ ya….
Salam kenal..
Nah, ya…
Dirimu aja nggak tahu, apalagi dirikyu Mbakyu… hihihi…
Hahaha…
Maap ya, Mbak….. Maklum…. suka nggak tahan aja mau bagi ke seluruh dunia kalau diriku pernah pacaran sama George Clooney yang uhui itu! hehe….
He eh, nih. Mending ga usah dibuka aja……. daripada nyesek… 🙂
Fully moron??
Ah….. penyakit perempuan kali ya, Yan?
Naburin garem di atas LUKA bukan MUKA.. 🙂
Pingin tahu?
coba deh, kamu taburin garem di situ…. di atas luka yang masih basah… pasti rasanya pedih nggak karuan…
Black Box kaleeeee… hahahaha…. Uni, Uni… plis deh.. ntar aku balikin ke Ostrali lho… 😀
Aku malah baru nonton lagi, Uni (eh, sekarang aku panggil Uni ya? Daripada Abang atau Mas atau Paklik, gitu? hihihi). Mau aku pinjemin nggak? Kemarin aku baru beli film2 yang bagus…. Ada When Harry Met Sally, The Sweetest Thing, Definitely Maybe, As Good As It Gets…. dan masih banyak lagi! Seru deh! Maruk nonton juga! wekekeke…
Eniwei,
Soal ke dukun itu.. hmm…. memang perlu sih *hihi*, tapi nggak usah deh…
…kecuali dirimu buka praktek dukun di sini, boleh dah! 😀
*ngakak baca komen neta*
emang ikan mau digoreng, muka digaremin, net?
duh, sakit perut gara-gara si neta.
pis ah…
La, aku punya teman yang juga tergila-gila dengan George Clooney ini, katanya tampangnya cowo banget.
Hehehehe, berarti yang bukan GC, ngak cowo dong.
Halah ngak nyambung ama topik.
Btw, garam itu juga bisa bikin pegel-pegel cepet hilang La. Makanya cuci kaki pakai air panas digaramin kan enak 😀
mbak La kayaknya harus buka facebookku deh, terus menyelidiki aku sedetail2nya whahaha….
perempuan itu mahluk yang luar biasa unik ya mbak..
ga jauh beda dari mbak la..
mungkin karena rasa penasaran yg super duper,
aku sampe nyimpen foto2nya cewek yg pernah deket sm pacarku lho mbak hehe…
eh, Lala drama freak juga yah.. suammmaaaa dunnkkk..
mampir yaaa… Duh… rasanya saya sering bgt ngalamin yg kek gini :-p jd malu sendiri bacanya… hehehe. BTW aku link blognya yaaa mbak… 🙂
mampir yaaa… Duh… rasanya saya sering bgt ngalamin yg kek gini :-p jd malu sendiri bacanya… hehehe. BTW aku link blognya yaaa mbak… 🙂