baca tentang saya, gua, dan gue, baru ini
Seperti melayang.
Setiap langkahku menuju rumahnya, seperti seorang pelari cepat yang bermodalkan suntikan dopping. Atau sepertinya, setiap malaikat berbondong-bondong datang mengetuk pintu dan meminjamkan sayap mereka, supaya aku lekas terbang menujunya. Menuju rumahnya. Untuk menciumnya. Untuk memeluknya. Untuk mendengarkan degup jantungnya. Untuk melewatkan menit-menit waktu yang, entah kenapa, terasa bergulir terlalu cepat daripada biasanya.
Apalagi ketika aku lama berjauhan darinya.
Apalagi ketika aku harus menghabiskan waktu yang cukup lama tanpa kehadirannya.
Apalagi ketika aku musti menahan rindu dan melampiaskannya lewat telepon-telepon kangen yang seperti tak pernah mengenal kondisi ketebalan dompet.
He’s just so priceless.
Dan aku tidak akan berhitung-hitungan hanya karena tagihan telepon dan internetku membengkak sampai seorang teman baruku bilang, “You really, really love him… Don’t you?”
Aku hanya bisa bilang pada dia, “I do. Very much.”
Dan biasanya, dia lalu tersenyum tipis. Sedikit getir. Sedikit resah. Dan lalu memegang bahuku sambil berkata, “Hmm… is it going anywhere?” tanyanya hati-hati. Si Perempuan Manis itu memang tak pernah bilang kalau aku salah, kalau aku benar. Dia hanya bertanya tentang isi hatiku; dan jarang sekali ada yang bisa mengerti perasaanku, kecuali si perempuan ini… dan si lelaki itu.
“I have no idea.“
“You have no idea? How? Why? I mean…” Perempuan itu kehilangan kata-katanya. Perempuan pintar yangΒ belakangan ini selalu menjadi dewi penolong ketika aku gelisah dan butuh saran serta nasehat itu tiba-tiba kehabisan kata-kata. For a talented woman like her, kehabisan kata-kata adalah satu hal yang tak tercantum dalam kamus hidupnya. Tapi entah kenapa, setiap berada di dekatku, setiap kami bercengkerama dan meluangkan waktu bersama… she barely says anything.
“Hey, hey… Sudah. Kamu nggak usah ikut mikirin. Kamu pikirin aja kerjaanmu yang belum kelar juga itu!” Aku menyentuh pipinya dengan ujung jariku.
Dia hanya diam.
“Yang pasti…” kataku sambil memandang wajahnya yang cantik dan bergincu pink lembut. “Eventhough I have no idea where it’s going… all that matter is… I’m so excited on taking each step of it…“
Karena memang, aku tidak butuh orang lain untuk mengerti.
Aku tak butuh orang lain untuk memahami.
Biarlah ini menjadi urusanku dan orang yang aku cintai.
Because, I love him.
Because, I really need him.
Dan keinginan itu seolah menumbuhkan sepasang sayap lagi di punggungku.
Sayap yang kemudian membawaku terbang… melayang… menuju kekasihku…
***
Lelakiku sedang duduk di atas sofa, di dalam apartemen mewahnya. Di selipan jemari kanannya, ada sebuah batang rokok yang terbakar pelan. Entah karena angin, atau karena bibirnya yang menghisap lembut salah satu ujungnya.
He’s not a smoker.
He’s definitely not.
Sepertinya sedang terjadi sesuatu. Ah, memangnya apa yang bisa terjadi dalam sepuluh hari?
“Hey, sejak kapan kamu merokok?” tanyaku tiba-tiba dan membuatnya terkejut. Aku memang tidak butuh kunci. Aku punya semua akses untuk masuk ke dalam apartemen ini. Ah, termasuk juga akses untuk mengambil sejumlah uang di tabungannya.. mm…kami. Termasuk juga akses untuk masuk ke kantor yang kami bangun berdua sejak tujuh tahun yang lalu. Termasuk akses untuk memakai mobil-mobil yang kami beli bersama. I know where he puts the keys. OUR keys.
“Sejak kepingin,” sahutnya pelan.
“Kepingin? Kenapa?”
“Harus ada alasannya?”
“Harus. Karena yang aku tahu, kamu satu-satunya manusia yang berani nyuruh aku berhenti merokok dan sudah aku turuti, tiga tahun yang lalu.”
Dia diam. Wajahnya berubah. Aku seolah tidak mengenal lelakiku sendiri. Dia memang masih setampan kemarin, meskipun rambut yang tumbuh kasar di bagian dagunya nampak tidak tercukur selama beberapa hari. Dia masih segagah kemarin, meskipun penampilannya kusut dengan kemeja lusuh dan rambut acak-acakan.
Dia memang tidak berubah, tapi aku tahu, dia bukanlah lelaki yang mengecup bibirku, sepuluh hari yang lalu. Definitely not him.
“Wanna talk?” Aku duduk di sampingnya. Merangkul pinggangnya. Mencoba untuk mencuri ciuman di pipinya.
Tapi… “No, I don’t wanna talk..” dan kalimat ini diucapkannya sambil menghindari bibirku lalu memilih untuk berdiri saja. Menjauh.
MENJAUH.
Argh! Kenapa ini??
“Something’s happened?“
“Nggak ada.”
“Don’t lie.“
“Nggak ada.”
“Are you sure?”
Dia menatapku dengan gemas. “Hey. when I said nothing, it means nothing. Cut the crap!”
…cut the crap? Sejak kapan kosa kata itu tercantum dalam kamusnya? Sejak kapan dia bisa berkata sejahat itu pada kekasihnya sendiri? Seseorang yang selalu ada bersamanya selama tujuh tahun… A person who always stands beside him for seven whole da*n years!
“Hey!!”
“Apa???”
“Barusan kamu ngomong apa, heh? Cut the crap? CUT THE CRAP??? Sejak kapan kamu bisa ngomong sekasar ini? Hah?”
Dia diam.
“Sejak kapan?? Apa sejak perempuan gila itu masuk dalam apartemen kita lalu mengacaukan segalanya???”
Lalu dia melayangkan tinjunya, persis di pelipis mata yang kemudian berdarah. Suatu pukulan yang tidak pernah aku sangka sebelumnya. Pukulan yang justru membuatku terdiam. Kehilangan kata-kata dan menatapnya heran. “Why?” hanya satu kata itu yang mampu keluar dari bibirku. Pelan saja.
Dan bukan lelakiku kalau kemudian dia tidak segera merasa bersalah. Dia tahu, aku tidak akan marah. Dia tahu aku tidak akan membalas pukulannya. Dia selalu tahu, kalau aku tidak akan melakukan apa-apa, seperti tiga tahun kemarin ketika ia memutuskan untuk menjadi orang yang sama sekali berbeda.
Yang katanya, demi aku dan dia.
Yang katanya, hanya dengan ini, kami bisa tetap bersama.
God, I always hate that woman… I don’t like her bitchy attitudes. I don’t like her smoking around like an old and huge locomotive. I don’t like her laughing around like there’s noone else in the room.
I hate her for so many reasons.
Especially, when she is the reason why he hit me, seconds ago.
“Sorry…” bisiknya sambil membersihkan darah yang menetes keluar dari pelipis yang bengkak dengan ujung kemejanya. “Kita ke dokter ya?”
Aku diam.
“Aku sedang banyak pikiran…” katanya, masih sibuk membersihkan luka.
Aku masih diam.
“Aku nggak tahu kenapa tadi aku begitu…” katanya dengan bola mata yang kosong. Tapi aku tahu, jauh di dalam bulir indah itu, aku melihat sesuatu yang bersinar begitu terang.
“Aku…”
Lalu dia menciumku. Menumpahkan seluruh rindu juga setumpuk rasa kesalnya di bibirku. Biasanya aku memejamkan mataku dan menikmati setiap ciumannya.
Itu biasanya.
Tapi tidak sekarang.
Tidak saat ini.
Karena aku sedang ingin memastikan, bahwa dia… Lelaki yang paling kucintai ini…
memang benar-benar menciumku…
dan bukan orang lain.
Kami berciuman. Seperti biasanya ketika kata-kata lenyap di udara dan ciuman adalah langkah paling ampuh untuk meminta maaf. Ketika kami tidak tahu bagaimana caranya untuk menebus kesalahan.
I know that there’s something in his pupils.
In his denial eyes.
Dan aku semakin menyadari bahwa sesuatu telah terjadi, ketika aku merasakan pipiku menghangat.
I saw my boyfriend.
Crying.
In front of me.
With the shivered lips.
And said…
“I’m in love with her… I’m sorry…“
Dan sayapku tercerabut dari punggungku.
Aku, yang selalu terbang melayang setiap ada di sisinya, setiap merasakan hadirnya, kini terjatuh. Terkapar tak berdaya di atas tanah gersang yang tadinya penuh cinta.
Tanpa sayap cinta itu, aku bukan lagi seseorang yang istimewa.
Tanpa sayap itu…
I am just…
an ordinary…
…
…guy.
sudah ada sambungannya di sini nih…
gambar diunduh dari sini
wah… makin seru nih… π
[OOT or oon mode is on]
cut the crap itu maksudnya apa yah…? π
[senyum] π
sayap cinta yg tercerabut itu
tak usah bikin asa berlalu
sayap cinta masih bisa dipadu
di lain tempat dan waktu…..
*aku tertatih-tatih dan
mngkn butuh suntikan doping
berwarna pink, tuk temukan
benang merah di balik kisah-kasih
memikat ini π
Itulah mbak lala…pada baris terakhir sangat betul…Betapa kekuatan Cinta itu bisa membuat segala galanya jadi istimewa…nyaris sempurna…
Btw………sore ini Ibu sangat bahagia…karena ada kiriman buku The Blings of my life…dari ananda ,,,,terimakasih…..terus berkarya….
uh…sayapku juga sudah tercabut
dan aku bukan lagi malaikat
melainkan seorang perempuan biasa….
waww….
cinta itu emang bikin kt buta segalanya..
mba sambungannya mana…penasaran nih
Hmm … ‘sayap-sayap cinta’ …. itu salah satu buku kumpulan puisi Kahlil Gibran.
Mengapa perempuan suka membelenggu diri dengan cinta? Mengapa sayap itu tidak digunakan untuk terbang dan menemukan hidupnya sendiri? Mengapa harus terseok-seok mengejar cinta lelaki tak berguna?
wahh nunggu sambungannya ahh!!! g’ sabar
*sebentar2 liat kamus…ngartiin yg bhs inggris..* ;p
crap tu kepiting apa ya?
klo cut the duck kan potong bebek angsa, brati
cut the crap artinya potong kepiting rajungan
bener ga ya?
jd ingat laguna titi dj…hehe
walopun dirimu tak bersayap, Qakan percaya, kau mampu terbang bw diriQ, tanpa takut dan ragu,..hehe
keren banget ah…
π
hmm…, saat pria menggunakan kekerasan untuk melarikan diri, i think everyone will tell you the same thing. “Leave the Crap!”
Heh!!!
Damn!!?!
This is more interested than i thought!!!
Wah, jeng lala, semoga mendapatkan sayap cintanya…..
Masih ada kok, Don..
Tapi aku pindah ke halaman khusus aja… π
Pindahnya ke sini
Duh duh duh….
Makin seru…..
Di dunia nyata….woo ga ada cerita mukul…..karena janjinya ga pakai pukul- pukulan, kan bukan ajang bertinju…
Ayoo La, teruuus….
Jadi penasaran.. ditunggu lanjutannya ya…
aduh… ada acara pukul-pulan di wajah rek.
Bonek iki. Hehe
Lanjuuut ….. lanjuut
Harap-harap cemas nunggu akhir ceritanya, moga2 dibikin happy….biar gak nangis. hiks…duh nunggu lagi euy…:)
mbak lala, aku pinjem bukumu dong…hu..hu..hu
*ga usah beli
…hmmm….
*manggut-manggut, mulai paham..*
*manggut-manggut juga, kayak tanti*
mulai ada taut antara (aku) dan (gua), mereka gay, tapi (gua) merrit ama cewek (gue) ?
gitu ??…. buruan sambungin! cut the slowmo.. hehehe
kayaknya ‘aku’ disini’ adalah cowok……
….cowok…cowok…..cewek…….
kesimpulan…..?
ah, sek sek….tak wacane maneh, ya la….
Jika pria tsb mencintai kita, akankah tega berbohong atau bahkan menyakiti kita secara fisik???
I can’t believe that…
http://tyanjogjack.wordpress.com
bagus banged………..
tapi cma mo ngasih saran kalau bisa buad postingan yang full english dunk kan enak aq bisa sambil belajar bahasa inggris!!!
u’ve wrapped the story beautifully babe π can’t wait to read more π
selamat malam sang sayap yang mencoba menerbangkan persembahan asanya…….heheh
lama banget jeung tak mampir. what wrong? halah……..tambah kagak mau mampir jadinya hehehe…
salam hangat selalu
La, apakah setiap ada cinta, selalu ada ciuman? π