Ingat penggalan lirik lagu ini?
…
I remember the day you say goodbye
Something was calling you
I could read it in your eyes
You told me that someday we’d meet again
But deep inside i always knew
This was the end… (Time, Tommy Page)
Sebuah lagu lawas yang dipopulerkan oleh orang ganteng bernama Tommy Page, si kalem, lemah lembut, yang kini entah bagaimana kabarnya itu, telah menjadi salah satu lagu favorit saya ketika sedang patah hati. Ya. Patah hati. Selain lagu I Will Survive-nya The Cake, lagu ini termasuk sering saya senandungkan ketika sedang ingin memanjakan rasa sakit saya.
Ini memang bukan lagu yang bisa memotivasi saya untuk segera bangkit lagi, berdiri lagi, lalu berjalan lagi, dengan semangat baru yang menyala-nyala. Karena kata-kata yang teruntai di dalam lirik lagu ini cenderung membuat hati meradang… Haha! Saya memang masochist sejati, sepertinya.. Suka menyakiti diri sendiri.. 🙂
Tapi bukan karena saya sedang patah hati sehingga saya menulis cerita ini. Justru karena hati saya sedang gembira, yang membuat saya semakin meyakini bahwa waktu memang bisa menyembuhkan luka, seperti yang dinyanyikan Tommy di kalimat-kalimat berikutnya…
…
you told me time will always heal the pain
bring the sun and dry the rain
we need time to solve and think our problems through
you told me time is always on my side
to turn the season, change the tide
things work out with time if you want them to…
Waktu memang sanggup menyembuhkan luka, menghilangkan pedih, asal kamu, juga saya, mau meyakininya dengan betul. Mempercayakan bahwa segala yang sedih-sedih ini akan berakhir, sama halnya dengan segala kebahagiaan yang akan menemukan ujungnya masing-masing. Tidak ada yang abadi, karena (mengutip apa yang dibilang Daniel Mahendra), ini bukanlah Surga. Dan memang, ini bukan Surga, jadi jangan memimpikan segalanya tanpa masa kadaluarsa.
Saya makin meyakini bahwa waktu sangat berkompeten untuk menyembuhkan luka ketika kemarin saya ngobrol dengan Mbak Pit, my luvely sister, tentang sahabatnya, Tya. Perempuan usia tiga puluh dua tahun, supel, sangat periang, smoker sejati, lajang, dengan karir yang sangat, sangat mengagumkan. Bekerja di sebuah perusahaan internasional, memegang posisi penting di bagian Marketing untuk urusan luar negeri, dan business trip ke daratan Asia, Eropa, dan Australia adalah hal yang telah menjadi rutinitasnya.
She’s a one hell lucky woman! 😀
“Ini seperti project balas dendamnya si Tya, Ndut…” (ya, kalau Bro panggil saya ‘Mbul’, kakak tercinta saya yang satu lagi memanggil saya dengan ‘Ndut’… So DM, kamu pilih yang mana? Hehehe….)
Lalu Mbak Pit cerita tentang apa yang dimaksud dengan Project Balas Dendam itu.
Awal dari kehebatannya hari ini adalah karena patah hati yang luar biasa dahsyat. Percayalah, cerita tentang perempuan yang diselingkuhi oleh kekasihnya menjelang hari pernikahan mereka, tidak hanya ada di sinetron, film, atau novel semata. Karena cerita ini dialami oleh Mbak Tya, yang harus menangis hebat, stress berat, dan menjadi sosok yang pendiam, karena beberapa saat menjelang pernikahannya, si Tunangan, Pacarnya selama 7 tahun, lebih memilih untuk bersama dengan perempuan lain…
Dan siapa bilang perempuan yang doyan becanda, doyan senyum, doyan gila-gilaan seperti Mbak Tya (juga saya! hehe) tidak bisa terluka hatinya? Hell no.
Mbak Tya berubah menjadi perempuan pendiam. Pemurung. Lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menangis sambil mengurung dirinya di kamar. Permintaan maaf dari pihak keluarga Mantan Tunangan makin membuatnya tak bisa berhenti menangis. Malah makin menyakitinya. Seharusnya Si Mantan Tunangan yang minta maaf padanya, bukan calon Mertua, bukan orang lain.
Seorang Ayah yang baik hati segera memberikan segalanya untuk menyenangkan putri kesayangannya. Tawaran untuk melanjutkan S-2 di luar negeri atau apapun yang diinginkan oleh putrinya, adalah mandat yang harus dipenuhi. Tanpa pikir panjang, Mbak Tya memutuskan untuk melanjutkan S-2 di Australia… Sebuah usaha untuk mendistraksi segala pikirannya untuk tidak selalu tertuju pada si Geblek, Mantan Tunangannya.
Dan itu sudah hampir delapan tahun yang lalu…
Dan kini, Mbak Tya telah menjadi perempuan super yang telah memiliki hampir segalanya…
Cool apartment…
Cool job…
Cool boyfriends… (yes, with ‘S’, karena teman-teman lelakinya tidak satu atau dua saja, tapi banyak! Dan FYI, dalam beragam warga kenegaraan.. 😀 )
**
“Jadi memang benar waktu akan menyembuhkan luka, ya, Mbak…” kata saya setelah Mbak Pit menyudahi ceritanya.
“Iya, Ndut. Kamu tahu kan, kalau Mbak Tya itu orangnya periang? Dulu dia sempat berubah menjadi seseorang yang nggak Mbak kenal… Tapi sekarang… terakhir ketemu di Jakarta, dia sudah kembali menjadi Mbak Tya yang sangat aku kenal… Jadi periang lagi, jadi gila lagi, jadi santai sekali menjalani hidup…” Mbak Pit tersenyum membayangkan wajah sahabatnya. “She’s a great woman, Ndut.”
Saya tersenyum. “Siapa yang nyangka ya Mbak, kalau Mbak Tya bisa sesukses ini?”
“Hm, malah mungkin, kalau dia nggak sakit hati seperti ini, perjalanan karirnya nggak sesukses seperti sekarang…”
Lalu saya ingat dengan diri saya sendiri. Ok. Saya memang tidak sehebat Mbak Tya yang sudah melanglang buana. OK. Karir saya memang segini-segini saja. Ok. Pacar yang jumlahnya seabrek itu, saya tidak punya. Tapi satu hal yang membuat saya ingat terhadap diri sendiri.
Bahwa waktu memang telah menyembuhkan luka.
Buktinya, patah hati dahsyat saya awal tahun ini, karena Orang Jelek yang meninggalkan saya untuk menikahi perempuan lain, tidak lagi membuat saya jatuh dan terluka, tapi justru menyulut semangat saya untuk menjadi perempuan yang jauh lebih baik daripada saat ia mengenal saya dulu. Kalau dulu, setiap saat saya bisa menangis hanya karena mengingat Orang Jelek, sekarang saya malah tidak peduli biarpun lagu kenangan kami, Sempurna-nya Andra and The Blackbone terputar kencang di mana-mana…
Time really heals…
Masalahnya, seperti yang dibilang Tommy Page:
Things work out with time if you want them to…
Apakah kamu sudi membiarkan waktu menyembuhkan hati kamu?
Hey, it’s your life.. Your decision… Your call… 🙂
Yang nggak kebablasan itu yang kayak siapa Om? Bisa kasih contoh? (hihihihi)
Eniwei,
balas dendam, tapi with positive ways and gain the positive results.. ga apa-apa dong, Om….. 🙂
Iya, ya, Pak…
Nggak penting buat diinget-inget lagi yaa….
He-eh.
Setelah semuanya lewat, baru akhirnya aku ngerasa beruntung, Yes… 🙂
Don’t worry..
It does.. and it will be 🙂
You’re welcome…
Haduh, masih netek tho..
hebat banget bisa ngeblog.. hihi
Iya, Bang…
Cobaan itu memberikan efek negatif/positif, tergantung dari kacamata yang memandang, tergantung dari bagaimana kita mau menyikapinya. Makaya aku bersyukur sekali, aku dikelilingi oleh sahabat-sahabat dan keluarga sehingga nggak dengan egoisnya memanjakan rasa pedih itu. They helped me alot in my darkest hour! And I thank them for that! 🙂
Waduh, ini saingannya DM! 🙂
yap, benar…
Waktu merongsokkan manusia! Ah… what a great sentence you have here, DV! ^^
Time Will Tell….. apakah bakal tersembuhkan atau tidak, begitu?
Hmm… boleh, boleh… tapi teteup, I stick with Time Heals aja.. hihihi…
Pedih kan karena lukanya masih ada… 😀
Iya, Pak EWA…
kalau bukan turut campur Yang MahaKuasa, nggak mungkin deh bisa sembuh…
Dan yaa… kadang-kadang (atau sering ya?) kita butuh sekali sesuatu untuk mendamaikan hati.. bisa lagu atau bacaan yang inspiratif.. bisa teman-teman.. bisa kerabat.. bisa hobby.. anything! (asal positif yaa… )
Sukses, Pak EWA
Yap! Better!
Eh, salah ketik yaa..
Ga pa2 deh.. Sekali-sekali boleh salah dong… Kan nggak pernah salah. *halah, maksud mu, La??*
Kenapa?
Nge-fans juga?
PInjem kasetnya dunk.. hihi
*kabur ah.. takut dijewer! hihi*
Bu Nata yang terhormat…
Tiada hari tanpa lagu a.k.a soundtrack in your life, ya, Buw… 🙂
apa kabar?
Hahaha.. stey, stey… ternyata kamu sama aja kayak saya yah… ndengerin tu lagu sambil meratapi nasib, boowww… bener-bener deh, menyayat hati banget suaranya.. hihihi…
Ya…
if it doesn’t kill.. it only make you stronger! Setujuh! 🙂
Apa kabar, nih…
mampir…………
salam kenal, pendatang baru nih…..mhn bimbingannya…