Ada salah satu film favorit saya sepanjang masa. Sebuah film yang membuat saya mencintai dunia musik dan bikin saya tergila-gila untuk bernyanyi. Awal dari segala kesintingan saya itu… adalah karena film ini. The Sound of Music. Sebuah film yang dibintangi Julie Andrews yang berperan sebagai calon biarawati yang ditugaskan menjadi nanny sebuah keluarga seorang Captain dengan 7 orang anak-anak yang bandel tapi baik hati.
I always love this movie. Continue reading
Kemarin, Bro ‘menghadiahi’ saya banyak file yang bisa diselamatkan dari sebuah hard disk komputer lama. Ceritanya, komputer inilah yang dulu menjadi teman setia saya, sebelum akhirnya jadi almarhum dan membuat saya kepikiran untuk punya laptop saja agar lebih mobile. Saya nangis-nangis waktu nyadar kalau saya sudah kehilangan file-file jadul yang memorable and irreplaceable itu. Setelah memohon-mohon Bro untuk membereskan hard disknya… akhirnya… kemarin… saya bisa melihat tampang-tampang jadul ituuu… 🙂 *pppssssttt… termasuk email-email dari mantan kekasih yang super mesrah dan hotttssss ituuhh.. wekekekekekeke*
Pas asyik melihat satu persatu isi folder yang sempat mati suri itu… saya langsung menitikkan air mata… Ya… ketika saya lihat photo-photo ini…
pas Mami ngajakin kita naik boat keliling danau di belakang rumah… (Soroako, 26 tahun yang lalu)
Pas dijahitin Mami baju yang kembaran sama Mbak Pit lalu kita diajak photo bareng keluarga… (Surabaya, 21 tahun yang lalu)
Â
Pas nyobain webcam yang baru dibeli Papi saat itu… Nggak nyangka aja, that was our last picture together, Mom… (rumah, 7 tahun yang lalu, hari-hari menjelang Mami pergi )
Â
Thanks ya Bro…
Karena kamu, saya jadi tahu apa alasan saya untuk terus berdiri dan melakukan sesuatu hari ini dan besok… Karena saya punya janji sama Mami, supaya kelak saya bisa menjadi wanita yang mandiri dan tidak tergantung pada suami… Karena saya punya janji juga sama Papi, yang ingin memberinya hadiah berupa buku Novel, karya saya sendiri…
…….I really miss you, Mom!
And Dad… this weekend, Lala main ke sana yaaa… Kangen…!
Â
….do you feel it?
Debar ini, ketika kamu menyapa saya di awal pagi hanya dengan kata-kata sederhana seperti, “Selamat Pagi? Sudah mandi?” Dan meskipun kamu akhirnya hanya bilang, “Aku cuman ingin nge-cek kamu sudah bangun atau belum…” Tapi sepertinya, yang saya dengar tadi adalah rentetan kalimat-kalimat manis dan puitis yang keluar dari mulut Sang Pencinta… iya… KAMU.
…do you feel it?
Debar ini, ketika kamu tiba-tiba muncul dan menyapa, “Sedang sibuk ya?” Dan demi Tuhan, saya memang sibuk sekali hari ini. Banyak sekali pekerjaan yang musti diselesaikan dan ada beberapa tanggung jawab yang sifatnya wajib slash kudu slash harus slash mesthi diselesaikan dalam waktu dekat. Tapi demi debar itu, demi menikmati sensasi nikmat ketika bersama kamu, saya rela… Saya rela melakukan semuanya dengan kecepatan ekstra, tanpa makan, tanpa istirahat, harus berkonsentrasi penuh agar bisa sukses multitasking… Demi kamu. Iya. KAMU.
…do you feel it?
Debar ini, ketika saya sedang bercerita panjang lebar soal novel yang sedang saya kerjakan dan bertanya bagaimana pendapat kamu soal itu… bertanya tentang salah satu karakter di sana yang ternyata… mirip sekali dengan kamu? *percayalah, novel itu dibuat sebelum saya kenal kamu* Dan tahukah kamu kenapa saya bertanya? … karena saya ingin tahu bagaimana kelak posisi saya di hati kamu jika suatu hari kelak, saya benar-benar tak bisa jauh darimu. Iya. KAMU.
…and do you feel it?
….that my heart breaks in pieces?
Seketika itu juga saya berlari ke kamar mandi dan membiarkan air mata saya tumpah di sana lalu sekuat tenaga melakukan self defense mechanism bahwa saya akan kuat dan kamu juga saya memang bukan terlahir untuk bersama tapi dipertemukan oleh satu keping waktu yang harus berakhir juga kelak?
But…Â did you really feel the way I feel for you?
Ketika kamu dan saya berciuman dengan hangat dan bermimpi bahwa saya bisa memilikimu? Ketika kamu memeluk saya hangat dan penuh sayang? Ketika kamu bilang bahwa saya adalah perempuan yang luar biasa? …but then you have to go?
Because I did…
I felt those shivers… lovely but annoying…
beautiful but poisoning…
*karena kamu tahu, tak ada yang bisa menjembatani segala jeda yang sudah terentang ini… Damn! kenapa saya harus ketemu kamu?????!!!*
But I don’t wanna regret the day you said that you are mine…
Meskipun saya tahu… kamu… saya… adalah seperti butiran debu yang berterbangan tertiup angin… yang bertemu dalam satu rangkulan waktu… lalu terbang menghilang dalam satu tiupan angin berikutnya… Debu yang terlalu lemah untuk menyentuh… atau tinggal… Debu yang terlalu ringan dan mudah melayang-layang…
…so…
Now…
Do you feel that my heart beats faster whenever you are around?
Do you understand why I get those crazy feelings?
But if you don’t…
Will you try to do it?
……karena ternyata….. saya sayang sekali sama kamu dan membiarkan waktu yang sedikit ini untuk merasakan hadirmu di hati….
Ps. Damn you PMS –> bikin tulisan kacau dan emosi gua kacau balau!
… and yes.. this one is for you. Ya. KAMU *and you know that it’s you* cup, cup, mmmuachh… mmuuuachh….
Malam itu, gue berusaha untuk nggak memeluk dia.
Ya, meskipun gue sangat, sangat, kangen sama Robbie, memeluk dan membiarkan Robbie tahu seberapa kangen gue sama dia adalah a-big-NO-NO. Gue harus behave, gue harus menyimpan rapat perasaan gue karena Robbie nggak boleh GR.
He left me mess and destructions.
Tapi dia nggak boleh lihat gue rapuh. Continue reading