Kamu pernah patah hati?
Itu tuh, waktu kamu pacaran dengan seseorang yang sudah kamu anggap segalanya, memberikan segenap hati kamu buat dia *bahkan ada yang berkorban memberikan ‘everything’… ya… THAT ‘everything’*, rindu kalau nggak ketemu, girang setengah idup pas ketemu, mendadak dangdut alias gemeteran setiap disentuh.. cieehh.. hidup ini warna-warni setiap dekat dengan that someone.. laluuuuu… JJEEEGGGGEEERRRRR!!! Dia memutuskan hubungan!!!!
Lalu kita nangis… Lalu kita meraung-raung seperti motor yang siap-siap di garis start *mau balapan gitu, ceritanya*… Lalu meratap pada Tuhan… Kenapa oh kenapa berjudi itu haram… *lah, lagunya Bang Rhoma jadinya??*, maksudnya.. kenapa oh kenapa nasibku beginiiihhh…
Lalu merobek-robek photo kekasih *sebelumnya, dipandang-pandangi sampai bego* dan membakarnya sambil mengucapkan mantra kutukan, seperti… “Semoga elu merana lahir batin dunia akhirat…” Atau… “Semoga elu kutilan sekujur tubuh dan baru sembuh kalau gua maafin…” Dan ini… “Tunggu pembalasanku… iihhhiihhiii ihhhiiiii *dengan ketawa ala demit alias setan*” .. yang terakhir, pasti yang patah hati itu setan 🙂 Continue reading
We’re leaving Surabaya, tomorrow.
Ada beragam reaksi.
Daanish, yang ternyata sedih banget karena harus meninggalkan Dean (which I doubt that the reason is love instead of money and privileges), Erick yang sudah beli oleh-oleh buat Karina yang katanya sudah mempersiapkan welcome party buat kekasih tercintanya itu. Lain Daanish dan Erick, lain juga sama Mas Ben dan Miko yang ‘orang lama’ di dunia musik. Mereka, sih, nggak terlalu heboh bela-beli oleh-oleh. Lain sama gue, Erick, and Daanish yang baru kali ini pergi dari Jakarta.
Gue? Continue reading