Ya. Saya ganti header lagi.
Dan ya. Saya ganti kulit lagi.
Dan ya, ya. Kesannya ga konsisten.
But no…
Ini bukannya tanpa alasan.
Because somehow…
I realize… it’s so me π
Definitely… ME.
I’m back…
Back to the old taste.
Enjoy the ride! *hush, emang ngomong apaan sih… *
Pernah nggak sih, sewaktu kamu bangun pagi lalu tiba-tiba kamu merasa bisa membaca pikiran seseorang? Membaca masa lalu seseorang? Di dalam isi kepala kamu, adalah kelebatan imaji-imaji yang kamu nggak tahu itu apa? Lalu ada semacam bisikan tentang apa yang terjadi hari ini?
Lalu kamu enyahkan pikiran-pikiran itu. Sinting amat. Lalu kamu bilang sama diri kamu sendiri, “Ah, paling ini karena semalem tidurnya mimpi nggak jelas…
Dan ketika kamu sampai di kantor lalu mendengarkan seorang rekan kerja yang curhat, lantas tiba-tiba kamu seolah bisa membaca pikirannya, sekaligus masa lalu, dan apa yang bisa terjadi setelah ini? *kemudian besoknya, dia bilang bahwa itu benar terjadi*
Pernah?
Atau nggak pernah?
Atau belum pernah?
Kalau saya… Continue reading
Sejak kerja di kantor yang sekarang, kurang dari empat tahun yang lalu, saya sering kedatangan tamu-tamu yang mohon ijin buat mengadakan demo masak di kantor. Para tamu-tamu itu menawarkan panci anti lengket lah, snack maker yang bisa bikin kue tanpa minyak lah, atau wajan yang bisa buat bakar ikan lah… dll dsb.
Dari dulu, saya selalu bilang sama mereka-mereka itu, “Mbak, Mas… tapi kalau temen saya nggak ada yang beli, nggak apa-apa, kan?”
Dan dari dulu, mereka selalu bilang, “Oh nggak apa-apa, Mbak… Kita ini kan cuman menawarkan barang saja…”
Saya pun janjian dengan mereka. Biasanya hari Jumat, jam makan siang. Di saat teman-teman pejantan sedang konferensi di masjid, kami, perempuan-perempuan asyik melihat demo alat masak.
Sekali dua kali saya masih rajin mengikuti. Apalagi ditambah dengan iming-iming, “Makanannya boleh diambil Mbak… Ayo, ayo.. saya bikin banyak kok..” Yah, saya ini kan orang yang Pantang-Menolak-Makanan-Tapi-Ngakunya-Diet, jadi yaahh… kalau hidup adalah komik, mungkin ada binar-binar bintang di mata saya dan oh ya.. iler yang menetes-netes.. wekeke… Continue reading
Special dedication untuk Bebek… *semoga kamu ngerti artinya yaa…. *
A foggy day,
In london town,
Gimana kalo London-nya diganti Batu π ?
It had me low,
And it had me down
I viewed the morning,
With much alarm,
The british museum,
Had lost its charm
Kalau udah patah hati, semuanya kehilangan charm-nya ya B??
How long I wondered,
Could this thing last,
But the age of miracles,
It hadn’t past
Jangan wondering, tanya kenapa gini gitu, tapi jalanin ya Dek…
And suddenly,
I saw you standing right there
Kamu pasti akan nemuin karakter ‘you’ ini.. percaya deh!!
And in foggy london town,
The sun was shining everywhere
Dan ketika kamu menemukan’nya’ … you’ll be happier than you ever thought you could be….
Cium sayang selalu buat kamu, B… Ayo, senyum.. Ayo, bangkit… Ayo, gila-gilaan lagi… Kamu, saya, dan orang-orang cantik lainnya *narsis lagi* nggak pantes buat nangis-nangis darah cuman karena laki-laki…
ps. Itu lagunya Frank Sinatra, A Foggy Day
Kemarin malam, saya menerima SMS dari seseorang, Si Brondong, yang isinya cuman ini:
‘Pakabar Teh? Lagi ngapain?
Karena mata sudah sepet dan badan pegel-pegel *latihan nari yang kemarin memang cukup dahsyat Boww… sampai hampir patah tulang segala *, akhirnya saya cuekin saja SMS itu. Besok pagi aja deh, saya bales…kalau inget sih… πΒ Tapi, si Brondong ini memang sudah sangat terbiasa dengan kelakuan saya ini, meskipun sekali itu dia pernah ngamuk dan bilang, “Teteh sibuk amat sih, sampai nggak balesin SMS ku…”
…abisnya, kalau saya ngebales, ntar kamu ngirain saya ngasih harapan lagi… *Narsis… Narsis…*
Si Brondong yang satu ini memang paling aktif dan agresif mendekati saya. Heran juga saya kenapa. Padahal usianya tujuh tahun di bawah saya. Masih anak kuliahan yang harusnya saat di kampus, dia bisa melihat perempuan-perempuan yang sama beningnya seperti saya *haha… narsis lagi aaahhh…*
Dari segi fisik, dia memang nggak seperti anak umur awal 20-an. Pertama kali kenal malah masih umur 18 *ya, DELAPAN BELAS!* dan saya sudah 25 saat itu. Karena fisiknya yang tinggi besar dan tutur bahasanya yang sopan serta dewasa, jujur, saya tertarik juga akhirnya. We spent so many times together. Makan, jalan, nongkrong di mana gitu… Pokoknya sempet seperti orang pacaran segala.
Sampai akhirnya saya sadar, he was only 18 dan saya kurang yakin bakal bisa end up sama dia. He is the only son in his family. Apalagi ini, kan? Anak laki satu-satunya, tapi dapetnya perempuan yang jauh lebih tua.. *meskipun cantik jelita….. * Continue reading
Laura pulang.
Gue mengantar dia sampai ke airport. Erick meminjam paksa mobil Dean, gebetan Daanish, dengan alasan, cowok itu masih punya tujuh mobil yang lain. Dasar orang kaya, Dean rela-rela aja meminjamkan mobil kijang kapsulnya untuk dipakai keliling-keliling selama kami di Surabaya.
Kalian pasti membayangkan betapa anehnya Erick, Laura, dan Aldo ada di dalam satu mobil, kan?
Wellβ¦wellβ¦ pada awalnya, gue juga membayangkan hal yang sama, makanya tadi sempat meminta Erick untuk nggak ikut. Tapi dasar cowok sableng, dia malah dengan teganya bilang, “Ntar kalau lo pergi sendiri, gue nggak yakin mobilnya kembali dengan selamat, Sas!”
Kurang ajar, kan? Continue reading