Buat yang pernah dolan ke rumah saya ini… trus ninggalin jejak… trus akhirnya malah jadi temen baik karena rajin nengokin temannya yang satu ini…
Saya minta maapppphhhh banget.
Buat kalian yang kaget dengan tampilan saya yang paling anyar… trus header segedhe gambreng yang isinya photo-photo narsis saya yang ngeleset, sok seksi, atau sok cantik begitu…
Saya minta maaaappphhh banget.
Saya memang sengaja untuk ganti suasana. Pingin mencari moodbooster supaya saya nggak terlalu mellow dan sedih-sedih terus. Pingin tampil cantik, supaya saya lebih gampang mesam mesem lagi… 😀
Soo…
Kalau kalian bilang ini narsis pol-polan… ya udah, ga pa-pa.
Kalau kalian bilang, duh ga perlu segitunya deh La… ya udah, ga pa-pa juga.
Ini salah satu cara supaya saya bisa senyum lagi.. ga pa-pa yaaahhh…
ps. ini hasil jeprat jepret pas ngupi di Starbucks, wiken kemaren. Makanya ‘dempul’nya masih full begitu.. hahahahaha….
Beberapa malam yang lalu, saya memutuskan untuk memutar ulang film Serendipity, sebuah film lawas keluaran tahun 2001. Ini adalah salah satu film terbaik dari kumpulan film-film saya; setara dengan Mirror Has Two Faces, Sleepless in Seattle, dan The Sound of Music.
Serendipity sendiri artinya adalah kebetulan-kebetulan yang menyenangkan. Karena dilatarbelakangi oleh kisah cinta, tentu serendipity di sini artinya kebetulan yang menyenangkan soal bagaimana dua insan manusia berlawanan jenis, bertemu dalam suatu masa, lalu menyerahkan segalanya pada takdir. Continue reading
“Apartemenmu sudah ready, James,” kata Erica di ujung telepon.
“Oh ya? Hmmm…” kata James.
“Hey, what’s wrong? Kok kamu nggak antusias sih, James? Is everything alright?”
“Nope, nope. Everything’s fine, Erica. Bagaimana sponsornya?” James mengalihkan pembicaraan.
“They’re fantastic, James. They’re so excited. Kamu kan tahu kalau mereka sudah menunggu-nunggu maha karyamu setelah bertahun-tahun kamu menghilang di Indonesia, kan? Mereka nggak sabar untuk melihat bagaimana reaksi pecinta seni Eropa nanti, James. Mereka optimis kalau pameranmu kali ini akan jauh lebih sukses daripada pameranmu yang terakhir di Melbourne itu.”
“You really think so?”
“Yeah… Kenapa? Kamu ragu?” Continue reading